Inovasi E-Voting dari Nepal Dorong Pengembangan Sistem Pemilu Digital di Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bambang Soesatyo, anggota DPR RI, mengungkapkan bahwa aksi pemuda Nepal yang memakai platform Discord untuk memilih perdana menteri menunjukkan betapa pentingnya teknologi digital dalam demokrasi. Setelah Sharma Oli mengundurkan diri, Sushila Karki, mantan ketua Mahkamah Agung Nepal, terpilih sebagai pemimpin baru. Fenomena ini diangkat Bamsoet untuk mendorong pengenalan e-voting secara bertahap, khususnya di wilayah perkotaan.

Dalam kuliah Pascasarjana di Universitas Pertahanan secara daring, Bamsoet mengemukakan bahwa pemilu sebagai wujud kedaulatan rakyat bisa dioptimalkan dengan teknologi. Ia menekankan bahwa implementasi haruslah berstandar keamanan dan audit yang ketat untuk menjaga kepercayaan masyarakat.

E-voting bukan hal baru di Indonesia. Pada 2019, Boyolali melaksanakan pemilihan kepala desa elektronik di 70 desa dengan hasil yang efisien. Sebelumnya, Sidoarjo juga menggunakannya di 15 desa, dikembangkan BPPT dan PT INTI, dan dinilai hemat biaya serta minimal masalah. Sistem ini mengatasi masalah klasik pemilu, seperti undangan ganda, DPT bermasalah, dan suara sisa yang rawan disalahgunakan.

Bamsoet menjelaskan e-voting menghitung suara otomatis, cepat, dan memiliki jejak audit yang jelas. Perangkatnya juga aman karena tidak terkoneksi internet selama pemungutan, hanya digunakan saat pengiriman hasil sesuai standar keamanan. Penggunaan e-voting didukung oleh putusan MK tahun 2009 dan UU Pilkada 2016.

Negara lain seperti India, Estonia, dan Brasil sudah sukses mengimplementasikan teknologi ini. India menggunakan mesin EVM sejak 1999, Estonia melakukan pemilu online pada 2005, dan Brasil menggunakan e-voting sejak 1996. Bamsoet mengakhiri dengan pesan bahwa Indonesia harus ikut bergerak maju dalam adopsi teknologi digital, khususnya dalam dunia politik, dengan memulai dari tingkat desa sebelum melangkah ke pilkada, pileg, dan pilpres.

Jika generasi muda Nepal bisa memilih pemimpin melalui Discord, Indonesia seharusnya tidak ketinggalan dalam mengembangkan e-voting. Dengan dukungan political will dari KPU, partai politik, dan pemerintah, sistem ini bisa memperluas partisipasi pemilih dan mengurangi potensi kecurangan. Generasi muda yang terbiasa dengan digital pasti lebih antusias dengan pemilu modern.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan