Demonstrasi Kekuatan Rakyat: Presiden Filipina Dukung Aksi Massa

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, menyatakan tidak menyalahkan warganya yang melakukan unjuk rasa terkait skandal korupsi yang melibatkan proyek pengendalian banjir. Aksi demonstrasi telah terjadi di ibu kota Manila dalam beberapa pekan terakhir, termasuk suatu protes yang diikuti sekitar 3.000 mahasiswa dari Universitas Filipina. Meskipun sebagian besar unjuk rasa masih dalam skala kecil, aksi turun ke jalanan yang berpaparkan peringatan deklarasi darurat militer tahun 1972 oleh ayah Marcos diharapkan akan menarik banyak massa pada hari Minggu.

Dalam konferensi pers kemarin, Marcos mengakui bahwa kemarahan publik terhadap situasi ini dapat dipahami. “Untuk menunjukkan bahwa Anda marah, untuk menunjukkan bahwa Anda kecewa, untuk menunjukkan bahwa Anda menginginkan keadilan, apa yang salah dengan itu?” kata Marcos. Hal ini menunjukkan sikap toleransi terhadap ekspresi kekecewaan warga.

Sementara itu, di Timor-Leste, polisi menggunakan gas air mata terhadap pengunjuk rasa yang menentang rencana pembelian mobil dinas baru bagi anggota DPR. Lebih dari 1.000 orang, mayoritas mahasiswa, berunjuk rasa di dekat Parlemen Nasional di Dili. Mereka menolak keputusan pemerintah untuk mengadakan mobil baru bagi 65 anggota parlemen, sementara lebih dari 40 persen penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. “Kami meminta anggota parlemen untuk membatalkan keputusan pembelian [Toyota] Prado demi kepentingan diri sendiri,” ujar Leonito Carvalho, mahasiswa dari Universitas da Paz di Dili. Unjuk rasa dimulai secara damai, tetapi akhirnya eskalasi setelah beberapa peserta melempar batu ke parlemen dan merusak beberapa mobil.

Dalam kasus lain, DNA yang ditemukan di lokasi pembunuhan influencer konservatif Amerika Serikat, Charlie Kirk, dikonfirmasi cocok dengan tersangka Tyler Robinson, seperti yang disampaikan oleh direktur FBI, Kash Patel. Robinson, berusia 22 tahun, ditangkap setelah perburuan selama 33 jam. Ia diyakini akan didakwa resmi atas pembunuhan tersebut akhir pekan ini, setelah diduga menembak korban di leher dengan satu peluru. “Hasil pemeriksaan DNA dari handuk yang melilit senjata api dan DNA pada obeng positif dengan tersangka yang ditahan,” keterangan Patel.

Di bidang olahraga, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, mendorong larangan bagi Israel untuk berpartisipasi dalam kompetisi internasional. Hal ini camiong setelah aktivis pro-Palestina berhasil membatalkan tahap akhir La Vuelta a España. “Organisasi olahraga harus mempertimbangkan apakah etis bagi Israel untuk terus berpartisipasi dalam kompetisi internasional,” katanya. “Mengapa mengusir Rusia setelah invasi Ukraina dan tidak mengusir Israel setelah invasi Gaza? Sampai kebiadaban ini berakhir, baik Rusia maupun Israel tidak boleh ikut serta dalam kompetisi internasional mana pun,” tambah Sánchez.

Dari kasus-kasus ini, terlihat bahwa isu-isu politik dan sosial masih menjadi cahaya merah dalam berbagai negara. Demonstrasi yang terjadi menunjukkan betapa pentingnya suara rakyat untuk mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil. Dalam dunia olahraga, masalah etika dan politik terus berdampak pada partisipasi negara yang terlibat dalam konflik. Sementara itu, kasus-kasus kejahatan seperti pembunuhan Charlie Kirk meminta perhatian lebih terhadap keamanan dan keadilan. Semua ini menggambarkan dinamika kompleks yang terjadi di dunia saat ini, di mana setiap tindakan dan pernyataan dapat memiliki dampak yang besar.

Baca juga Berita lainnya di News Page