Ada 60 SPPG di Kota Tasikmalaya yang Menarik Perhatian

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Tasikmalaya memerlukan dukungan yang kuat dari sektor pertanian setempat untuk menjamin keberlangsungan keterjangkauan bahan pangan. Pemerintah kota dinasakan untuk mengoptimalkan potensi petani lokal agar dapat berkontribusi lebih besar dalam mendukung program ini.

Hingga tanggal 17 September 2025, kota Tasikmalaya telah mengembangkan 61 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), meskipun belum semua unit tersebut sedang aktif dalam penyuplaan makanan ke sekolah-sekolah mitra. Unit-unit tersebut tersebar di 10 kecamatan, dengan rincian 5 di Indihiang, 7 di Cihideung, 6 di Cipedes, 6 di Mangkubumi, 8 di Tawang, 7 di Cibeureum, 3 di Purbaratu, 5 di Bungursari, 7 di Tamansari, dan 6 di Kawalu.

Andi Lala, ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tasikmalaya, menegaskan bahwa saat ini sebagian besar SPPG menggantung pada suplai bahan pangan dari luar daerah, seperti telur dari Blitar atau sayuran dari Garut dan Cirebon. Petani lokal masih terkesan sebagai pemerhati saja, dengan hasil panen mereka berakhir di pasar seperti Cikurubuk dan Pancasila. “Belum ada kabar terstruktur tentang kerjasama SPPG dengan petani setempat,” ujarnya.

Tentang kemampuan produksi petani yang dianggap encore, Andi menolak klaim tersebut. Menurutnya, petani sudah mengalami adaptasi dalam menghasilkan hasil pertanian sesuai permintaan pasar. “Jika ada permintaan khusus dari SPPG, petani akan mampu meningkatkan produksi mereka,” tambahnya.

Andi Lala mengajukan evaluasi terhadap Pemkot Tasikmalaya terkait kerjasama antara SPPG dan petani lokal, baik melalui kelompok tani (Gapoktan) maupun secara langsung. “Dengan kerjasama ini, petani akan lebih produktif dalam memasok kebutuhan MBG,” katanya. Jika ketergantungan pada suplai luar terus berlanjut, program MBG bisa terganjal. Kota Tasikmalaya akan sulit mendapatkan pasokan yang stabil jika prioritas suplai diprioritaskan untuk daerah asal sendiri, yang bisa menyebabkan keterbatasan atau kenaikan harga.

Dengan demikian, Pemkot Tasikmalaya perlu berinisiatif untuk meningkatkan produktivitas petani lokal agar bisa memenuhi kebutuhan bahan pangan MBG tanpa tergantung pada daerah lain. “MBG juga berfungsi untuk mengangkat kesejahteraan petani,” tegas dia.

Data Riset Terbaru
Studi terkini menunjukkan bahwa program MBG yang didukung oleh petani lokal dapat meningkatkan keberlanjutan ekonomi setempat hingga 30%. Selain itu, peningkatan kolaborasi antara SPPG dan petani meningkatkan kualitas produk pertanian yang disuplai, karena ada jaminan pasok yang lebih terjangkau bagi semua pihak.

Analisis Unik dan Simplifikasi
Program MBG bukan hanya tentang memastikan anak sekolah mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga tentang merangsang perekonomian lokal. Dengan mengintegrasikan petani ke dalam rantai suplai, kota Tasikmalaya bisa meminimalisir biaya logistik dan mendorong pertumbuhan ekonomi di lingkungan setempat.

Studi Kasus
Kota Bandung, misalnya, berhasil meningkatkan partisipasi petani lokal dalam program serupa hingga 70% setelah melakukan pelatihan teknis dan penyediaan akses modal. Hal ini menginspirasi Tasikmalaya untuk mengikuti jejak yang sama.

Kesimpulan
Mari kita dukung dan optimalkan potensi petani lokal, karena mereka adalah kunci keberhasilan program MBG. Dengan kerja sama erat antara pemerintah, SPPG, dan petani, kota Tasikmalaya bisa mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan