5 Bank BUMN Terkena Penyaluran Dana Rp 200 Triliun, Begini Kondisi Keuangan dan Kreditnya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyampaikan dampak dari masukan dana pemerintah sekitar Rp 200 triliun ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) hingga tanggal 12 September 2025, dengan beberapa perubahan sudah terlihat jelas. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, membagikan bahwa likuiditas di sektor perbankan mengalami peningkatan setelah dana tersebut dialokasikan. Hal ini terlihat dari kenaikan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) menjadi 24,20%.

“Setelah dana pihak ketiga (DPK) dari pemerintah dipindahkan ke bank milik BUMN pada 12 September 2025, likuiditas perbankan mengalami peningkatan, dengan AL/DPK yang naik dari 22,53% pada 4 September 2025 menjadi 24,20%,” terang Dian dalam pertemuan dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (17/9/2025). Selain itu, rasio alat likuid terhadap deposito non-inti (AL/NCD) juga mengalami peningkatan menjadi 107,10%, naik dari 99,81% sebelumnya.

Sementara itu, rasio pinjaman terhadap deposito (LDR) tercatat menurun setelah sebelumnya naik 3 bps secara tahunan pada Juli 2025 menjadi 86,54%. Penurunan ini terjadi sejak Agustus 2025 dengan LDR mencapai 86,03%. “LDR terus mengalami penurunan menjadi 85,34%, yang dipengaruhi oleh penambahan dana pemerintah pada 12 September 2025,” jelas Dian.

Dian menilai bahwa sektor perbankan masih memiliki banyak ruang untuk menyalurkan kredit ke depan, seperti yang terlihat dari pertumbuhan kredit dan DPK masing-masing 7,56% dan 8,51% pada Agustus 2025. “Kinerja laba perbankan juga masih sangat baik dan mendukung peningkatan profitabilitas bank,” katanya.

Dana sebesar Rp 200 triliun telah dialokasikan ke beberapa bank BUMN, yakni Rp 55 triliun untuk Bank Mandiri, BNI, dan BRI masing-masing, sedangkan PT Bank Tabungan Negara (BTN) menerima Rp 25 triliun, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Rp 10 triliun. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menjelaskan bahwa dana ini akan memberikan dampak ganda terhadap perekonomian dan mendorong perbankan untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit. “Saya memberikan bahan bakar, jika bank tidak menggunakan dana ini, mereka harus membayar bunga deposito kepadaku,” ujar Purbaya kepada wartawan di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Selasa (16/9).

Dengan adanya infus dana ini, diharapkan sektor perbankan akan semakin stabil dan dapat mendukung pertumbuhan perekonomian. Bank-bank milik negara kini memiliki likuiditas yang lebih baik, yang akan membantu mereka dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat dan usaha. Hal ini juga akan meningkatkan daya saing bank dalam menghadapi tantangan ekonomi yang terus berubah. Investasi dalam sektor perbankan tidak hanya memperkuat sistem keuangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi secara lebih luas.

Dalam dunia perbankan, likuiditas dan kredit adalah dua komponen utama yang mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan. Dengan likuiditas yang lebih baik, bank dapat menawarkan pinjaman dengan kondisi yang lebih menguntungkan, sementara penurunan LDR menunjukkan bahwa bank memiliki ruang untuk menyalurkan kredit lebih banyak. Ini adalah tanda positif bagi perekonomian, karena akses ke kredit lebih mudah bagi masyarakat dan usaha. Dengan demikian, langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat sektor perbankan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi secara holistik.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan