150 Pelajar di Garut Terpapar Keracunan, 15 Dirawat di Puskesmas Kadungora

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pada hari Rabu, 17 September 2025, sekitar 150 siswa dari tiga sekolah di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, mengalami gejala keracunan. Sekolah-sekolah tersebut adalah SMP dan SMA Yayasan Siti Aisyah serta Madrasah Aliyah Maarif. Dari total korban tersebut, 15 siswa memerlukan perawatan intensif di Puskesmas Kadungora.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengungkapkan bahwa mayoritas gejala yang dialami oleh siswa tersebut ringan. Mereka merasakan pusing, mual, dan muntah sejak dini hari Rabu. Diduga, keracunan ini disebabkan oleh konsumsi makanan pada hari Selasa, 16 September 2025.

Leli menjelaskan bahwa dari 150 siswa yang terkena gejala, 15 di antaranya masih dalam perawatan di Puskesmas Kadungora, termasuk 11 siswa dari Madrasah Aliyah Maarif dan 4 siswa dari Yayasan Siti Aisyah. Terkait penyebab keracunan, masih dalam penyelidikan, namun ada dugaan dari orang tua bahwa hal ini terkait dengan konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) sehari sebelumnya.

Kepolisian juga ikut terlibat dalam penyelidikan. Kapolsek Kadungora, Kompol Alit Kadarusman, menyatakan bahwa penyebab pasti keracunan masih dansal selidiki. Kejadian ini melibatkan tiga sekolah, yaitu dua sekolah dari satu yayasan dan satu madrasah.

Menurut laporan terkini, keracunan massal sering terjadi di sekolah-sekolah karena kualitas makanan yang tidak memadai atau kebersihan yang tidak memenuhi standar. Sebuah studi kasus menunjukkan bahwa 70% kasus keracunan di sekolah disebabkan oleh sumber makanan yang tidak aman. Hal ini mendorong pemerintah setempat untuk memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan di sekolah.

Kasus ini menjadi peringatan penting bagi sekolah dan pemasok makanan untuk lebih memperhatikan standar keamanan pangan. Setiap institusi harus memastikan bahwa makanan yang disediakan selalu layak konsumsi dan mematuhi prosedur keamanan. Pelaku pendidikan juga perlu melibatkan pihak berwenang dalam melakukan audit rutin terhadap makanan sekolah.

Ketika menghadapi kasus seperti ini, komunikasi antara sekolah, orang tua, dan pemerintah sangat krusial. Keluarga juga harus diajarkan tentang tanda-tanda keracunan dan tindakan seperti ini. dengan mengambil langkah-langkah preventif, kita bisa mengurangi risiko keracunan di sekolah dan menjamin kesehatan siswa.

Haruskah kasus ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih waspada terhadap kualitas makanan di sekolah? Dengan kerjasama dan pengawasan yang lebih ketat, kita pasti dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan sehat.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan