Harapan dan Nilai Budaya dalam Perayaan Maulid Nabi: Pesan Fadli Zon

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Baitut Thalibin, Senayan. Acara ini dibawa dengan tema ‘Teladan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Membangun Karakter Bangsa Menuju Pendidikan Bermutu Untuk Semua’.

Fadli Zon, Menteri Kebudayaan, berbagi dalam sambutannya bahwa Islam tiba di Indonesia dengan cara yang tenang, melalui dialog dan komunikasi budaya yang kuat. Menurutnya, proses ini melibatkan interaksi yang harmonis dengan tradisi dan budaya lokal tanpa menghancurkan aspek formal atau formalisme. Da’i di awal masuknya Islam di Indonesia menggunakan simbol-simbol budaya yang mudah diterima, seperti wayang, gamelan, dan keris. Hal ini membuat Islam di negara ini unik karena mampu merangkul tradisi sambil mempertahankan esensi agama, khususnya tauhid.

Selain sebagai perayaan keagamaan, peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W ini juga dijadikan sebagai warisan budaya bangsa. Kaya dengan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kultural, perayaan ini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat.

Fadli juga menyoroti temuan terbaru di Desa Jajagao, Kecamatan Paderi, Kapuas Hulu Tengah, yang menunjukkan bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi. Hal ini sesuai dengan pendapat ulama Muhammadiyah pada 1963, yang menegaskan bahwa Islam tiba di Nusantara pada abad pertama.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengaitkan perayaan ini dengan penguatan pendidikan karakter. Menurutnya, peringatan hari besar agama di sekolah tidak hanya untuk memperkuat karakter, tetapi juga untuk melatih kepemimpinan siswa dan mendinamisasi kegiatan positif. Maulid Nabi menjadi contoh bagaimana umat Islam dapat meneladani akhlak Rasulullah Muhammad SAW, seorang manusia sempurna yang dapat dijadikan teladan.

Direktur Jenderal Sains dan Teknologi, Ahmad Najib Burhani, mengungkapkan keprihatinan mengenai ketinggalan umat Islam dalam perkembangan sains dan teknologi. Menurutnya, saat ini umat Islam harus bertanggung jawab untuk mengisi dan bersaing di bidang tersebut.

K.H Zulfa Mustofa, Wakil Ketua Umum PBNU, menegaskan bahwa Islam diterima di seluruh dunia karena ketentuan syariatnya yang lentur dan akomodatif terhadap budaya. Tradisi tetap boleh dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan syariat. Kelembutan dan ketoleran ini adalah kunci agar Islam diterima luas. Firman Allah yang menyebut, “Karena rahmat dari Allah, engkau (Muhammad) lembut kepada mereka. Kalau engkau keras dan kaku, niscaya mereka akan lari darimu,” menjadi landasan bagi kerukunan dan kebersamaan, seperti yang dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah.

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ust. Yusuf Maulana dari P.P. Muhammadiyah, diikuti dengan sambutan dari tiga menteri tersebut. Selain itu, ada penyerahan paket bingkisan dan beasiswa kepada pegawai yang membutuhkan di tiga kementerian. Acara berakhir dengan doa yang dipimpin oleh K.H Zulfa Mustofa.

Peringatan Maulid Nabi tidak hanya sebagai tradisi spiritual, tetapi juga sebagai wadah untuk menginspirasi bangsa dalam membangun karakter bangsa yang bermutu. Melalui contoh Rasulullah SAW, umat Islam di Indonesia dapat merenungkan bagaimana menghadapi tantangan modern dengan akhlak yang mulia dan ketoleran yang tinggi. Datoe, perayaan ini menegaskan bahwa Islam di Indonesia tetap relevan dan berperan penting dalam kehidupan beragama dan budaya bangsa.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan