Kemajuan Berkilau dari Menteri Keuangan Purbaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Purbaya Yudhi Sadewa, yang baru saja ditunjuk sebagai Menteri Keuangan, adalah pejabat kedua sejak reformasi dengan latar belakang pendidikan teknik. Sebelumnya, Bambang Subianto, Menteri Keuangan pertama pada era reformasi (1998–1999), juga berprofesi sebagai insinyur Teknik Kimia. Sedangkan Purbaya, lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), ikut berganti jalur menjadi ekonomi.

Sejak reformasi, hanya Presiden B.J. Habibie dan Prabowo Subianto yang memilih mentor keuangan dengan latar belakang insinyur. Presiden lainnya lebih sering menunjuk pejabat dengan pendidikan ekonomi atau ilmu sosial.

Bambang Subianto memimpin Kementerian Keuangan saat Indonesia menjalani krisis ekonomi pada 1998. Pada saat itu, nilai tukar rupiah tercatat anjlok hingga Rp 16.800 per dolar AS. Setahun kemudian, di bawah kepemimpinan Bambang, rupiah berbalik dan mencapai Rp 7.385 per dolar AS.

Pernyataan Purbaya Yudhi Sadewa dalam hari pertama menjabat telah menjadi perbincangan. Gaya komunikasi yang langsung dan tanpa basa-basi menarik perhatian banyak orang. Hal ini mengingatkan pada budaya komunikasi mahasiswa teknik di ITB beberapa dekade yang lalu.

Dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Purbaya mengakui bahwa demonstrasi massal akhir Agustus lalu disebabkan oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan. Menurutnya, tekanan tersebut terjadi karena kebijakan fiskal dan moneter yang tidak tepat waktu.

Purbaya menekankan peran penting sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dukungan dari sektor ini, perekonomian akan mengalami ketidakseimbangan.

Dalam waktu singkat, Purbaya langsung mengambil langkah tegas dengan menyalurkan Rp 200 triliun dari Bank Indonesia kepada lima bank Himbara. Dana ini ditujukan untuk meningkatkan likuiditas dan mendukung sektor riil.

Menurut Purbaya, langkah ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang beredar dan kecepatan perputarannya, yang akhirnya akan mempengaruhi harga dan output barang jasa. Pentingnya penyaluran dana ini diawasi agar tidak digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai, seperti investasi non-produktif.

Selain itu, Purbaya juga berkomitmen menaikkan anggaran Transfer Keuangan Daerah (TKD) untuk tahun 2026. Anggaran sebelumnya hanya Rp 650 triliun, turun dari Rp 864 triliun pada APBN 2025. Kenaikan ini diharapkan dapat mengurangi beban pemerintah daerah yang sudah mengalami keterbatasan anggaran.

Kebijakan fiskal haruslah dirancang dengan sangat teliti, karena dampaknya dapat berdampak luas pada kondisi sosial masyarakat. Dalam seminggu pertama menjabat, Purbaya telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menteri Keuangan harus bekerja dengan profesionalisme dan berani mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik atau populisme. Pada akhirnya, stabilitas ekonomi dan politik saling berhubungan erat.

Optimisme dalam menghadapi tantangan ekonomi adalah kunci. Karena optimisme akan membawa kita lebih dekat ke masa yang lebih baik.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan