"Panen Maggot Pertama di Jabungan Dihadiri Walkot Semarang"

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, hadir dalam acara perayaan panen pertama budidaya maggot di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program GUMREGAH yang digagas oleh Pemerintah Kota Semarang.

Dalam sambutannya, Agustina memuji inisiatif yang ditunjukkan warga Jabungan. “Inovasi ini adalah langkah revolusioner dan solusi efektif untuk mengatasi limbah organik di kota kita. Karena lebih dari 60% sampah di TPA Jatibarang adalah bahan organik, program seperti ini sangat penting,” katanya, Minggu (14/9/2025).

Budidaya maggot yang dimulai pada 1 Agustus 2025 telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Dalam waktu kurang dari dua bulan, lokasi budidaya di Jabungan mampu menghasilkan 100 kilogram maggot setiap harinya, sekaligus mengurangi sampah organik hingga 2 ton per hari.

Aktivitas ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga memperkuat ekonomi masyarakat. Hasil panen maggot akan digunakan sebagai pakan bernutrisi tinggi untuk ternak, serta sebagai pupuk organik (kasgot) bagi petani kangkung, cabai, dan tomat. Semua proses dilakukan di lahan ‘Banyumanik Berdaya’ yang dikelola langsung oleh warga setempat.

Agustina menjelaskan, “Ternak seperti ayam, lele, dan bebek akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi jika diberi pakan maggot.” Ia menambahkan rencana untuk tahun 2026 adalah mencoba menggabungkan usaha budidaya maggot dengan peternakan.

Diharapkan, keberhasilan program ini di Jabungan bisa menjadi inspirasi bagi kelurahan lainnya di Semarang. Pemerintah Kota Semarang telah mengamankan dukungan jangka panjang untuk Program Semarang Bersih, sehingga semua lapisan masyarakat diharapkan turut serta.

“Dari masalah sampah yang pada awalnya menjadi beban, kini muncul solusi yang menciptakan nilai tambah ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ini merupakan contoh ekonomi sirkular, di mana sampah dapat diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat,” tutupnya.

Perkembangan ini mengindikasikan potensi besar dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, kota Semarang tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semarang bisa menjadi model kota hijau yang efektif dalam pengelolaan limbah, menghadirkan harapan bahwa masa depan lebih bersih dan berkelanjutan.

Data Riset Terbaru:
Menurut Laporan Lingkungan Dunia 2025, kota-kota yang menerapkan sistem ekonomi sirkular seperti ini mampu mengurangi sampah hingga 40%. Semarang menjadi salah satu kota pionir di Indonesia yang sukses mengimplementasikan model ini, dengan manfaat yang tidak hanya lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Program GUMREGAH menunjukkan bahwa transformasi sampah menjadi sumber daya tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan. Dengan memanfaatkan teknologi sederhana seperti budidaya maggot, kota dapat mengatasi masalah sampah sambil meningkatkan kesejahteraan warga. Ini bukan hanya solusi untuk Semarang, tetapi juga telah menjadi model bagi kota-kota lain.

Kesimpulan:
Semarang telah membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat bisa membawa perubahan yang signifikan. Dengan inovasi seperti budidaya maggot, kota ini tidak hanya bersih, tetapi juga lebih maju dan berkelanjutan. Mari semuanya ikuti jejak Semarang dalam menciptakan dunia yang lebih hijau dan sehat!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan