Investigasi China Terhadap Diskriminasi dan Antidumping Chip Amerika

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Perdagangan China, pada hari Sabtu, mengumumkan pelaksanaan penyelidikan terhadap tindakan yang diperkirakan diskriminatif dari Amerika Serikat dalam kebijakannya terkait perdagangan chip. Selain itu, mereka juga menyelidiki praktik antidumping yang dilakukan AS terhadap chip analog yang digunakan dalam berbagai perangkat, seperti alat bantu dengar, router Wi-Fi, dan sensor suhu.

Menurut Reuters, Minggu (14/9/2025), China menilai bahwa kebijakan “proteksionis” seperti ini bertujuan untuk menghambat dan menekan perkembangan industri teknologi tinggi mereka, khususnya dalam bidang chip komputasi canggih dan kecerdasan buatan. Kementerian Perdagangan China pun menanyakan, “Apa sebenarnya tujuan AS dalam menargetkan perusahaan-perusahaan China saat ini?”

China mengajak AS untuk segera memerbaiki kebijakan yang dianggap salah dan berhenti dari praktik penindasan yang tidak masuk akal terhadap perusahaan-perusahaan China. Jika tidak diatasi, China siap mengambil langkah tegas untuk melindungi hak dan kepentingan perusahaan-perusahaan mereka.

Pernyataan ini datang setelah AS, pada Jumat, menambahkan 32 entitas ke dalam daftar perdagangan terbatas, dengan 23 di antaranya berada di China. Entitas tersebut meliputi dua perusahaan China yang diduga mengakuisisi peralatan pembuat cip AS untuk produsen cip utama Tiongkok, SMIC.

Delegasi dari China, dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, akan memulai pertemuan baru dengan AS pada 14-17 September di Madrid. Dalam pertemuan ini, kedua belah pihak akan membahas berbagai isu ekonomi dan perdagangan, termasuk tarif AS, kontrol ekspor yang dianggap “penyalahgunaan”, dan platform TikTok.

Pertemuan ini menjadi pertemuan tatap muka keempat dalam tahun ini, karena kedua negara berusaha mempertahankan gencatan senjata perdagangan yang telah menekan tarif pembalasan dan memulihkan aliran mineral tanah jarang dari China ke AS. Setelah pertemuan di Jenewa dan London, kedua pihak telah setuju pada akhir Juli di Stockholm untuk memperpanjang jeda tarif selama 90 hari tambahan. Presiden AS, Donald Trump, telah mengesahkan perpanjangan tersebut hingga 10 November.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa perselisihan perdagangan antara China dan AS terus berlanjut dengan intensitas yang tinggi. Analisis terbaru dari lembaga riset internasional melaporkan bahwa konflik ini tidak hanya memengaruhi industri teknologi, tetapi juga berdampak pada rantai pasokan global.

Studi kasus yang dilakukan oleh sebuah institusi akademis menunjukkan bahwa perselisihan perdagangan ini telah mengakibatkan penurunan investasi dalam sektor teknologi di dua negara tersebut. Ini menimbulkan tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional.

Infografis terkini dari sumber independen menunjukkan bahwa pertumbuhan industri chip di China telah melambat akibat sanksi dan batasan perdagangan dari AS. Namun, China tetap optimis dalam mengembangkan industri teknologi canggih mereka melalui inovasi internal.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa perselisihan perdagangan antara China dan AS memang sulit untuk diselesaikan dalam waktu dekat. Namun, dengan dialog yang terus berlanjut, kedua negara dapat menemukan jalan keluar yang memungkinkan untuk secara damai menuju keamanan perdagangan yang lebih stabil.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan