Pembunuh Charlie Kirk yang Dapatkan Beasiswa Dikecam di Amerika Serikat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tyler Robinson, pelaku penembakan yang menewaskan influencer dan pendukung setia Donald Trump, Charlie Kirk, telah ditangkap. Latar belakang perburuan dan identitas Robinson mulai terungkap secara lebih dalam.

Menurut laporan CNN pada Jumat (12/9/2025), Robinson berasal dari Washington dan Utah, tepatnya di pinggiran kota St. George. Tempat ini berlokasi sekitar tiga setengah jam berkendara dari Universitas Utah Valley, tempat tragedi penembakan terhadap Kirk terjadi.

Robinson pernah meraih prestasi akademik yang mencolok saat sekolah menengah atas, sehingga ia berhasil memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Utah State University. Sayangnya, ia hanya sempat berkuliah selama satu semester sebelum akhirnya tercatat sebagai mahasiswa yang mengundurkan diri.

Robinson tercatat sebagai pemilih independen yang tak aktif, karena dalam dua pemilu terakhir ia tidak memanfaatkan hak pilihnya.

Media sosial mengungkapkan bahwa Robinson sering mengenakan sepatu Converse berwarna abu-abu dan kacamata hitam, yang mirip dengan penampilan tersangka dalam foto-foto resmi yang dirilis penegak hukum beberapa hari sebelumnya.

Gubernur Utah, Spencer Cox, mengungkapkan bahwa seorang anggota keluarga Robinson telah menghubungi kerabat pada Kamis (11/9) malam. Kerabat tersebut kemudian melaporkan kepada Kantor Sheriff Washington County bahwa Robinson telah mengaku atau menyiratkan bahwa ia melakukannya.

Selain itu, selama acara makan malam keluarga baru-baru ini, Robinson sempat mengkritik Charlie Kirk, yang saat itu menghadiri acara di Utah Valley. “Keluarga itu membicarakan kenapa mereka tidak menyukai Kirk dan sudut pandangnya,” terang Cox. “Keluarga juga menyatakan bahwa Kirk penuh kebencian dan menyebarkan kebencian,” tambahnya.

Robinson berhasil ditangkap sekitar pukul 22.00 waktu setempat, setelah diperburu oleh FBI selama 33 jam. Kirk, yang berusia 31 tahun, tewas saat menghadiri acara di Universitas Utah Valley, Rabu (10/9) waktu setempat. Dia dikenal sebagai aktivis sayap kanan.

Tragedi ini mengungkap banyak hal tentang bagaimana budaya kebencian dan polarisasi politik dapat berakibat fatal. Dalam dunia yang semakin terbagi, penting untuk mengingat betapa berbahayanya kebencian dan how vital it is to promote dialogue and understanding. Let us strive to build bridges rather than walls, and to find common ground in our shared humanity.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan