Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Melakukan 21 Operasi Sesar dalam Sepuluh Jam

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di India, seorang dokter spesialis ginekolog-obstetri senior baru-baru ini menjadi sorotan media setelah melakukan 21 operasi caesar dalam satu shift selama 10 jam. Hal ini mencuatkan masalah keamanan dalam proses persalinan, terutama karena dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Pemerintah setempat meminta dokter tersebut, bernama Kantheswar Bordoloi, memberikan bukti rekam medis lengkap sebagai bukti dari tindakannya.

Kejadian ini juga mengungkapkan fenomena yang disebut sebagai ‘epidemi operasi caesar’ yang terus bertambah di India. Studi tahun 2023 menunjukkan bahwa angka persalinan caesar di negara tersebut telah naik secara signifikan. Dari sekitar 17% pada akhir 90-an, persentase ini kini mencapai 21%. Data juga mengungkapkan bahwa operasi caesar lebih sering dilakukan oleh wanita dari kalangan ekonomi menengah ke atas, yang tinggal di perkotaan dan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Fenomena ini juga telah ditelaah dalam artikel The Lancet tahun 2018, yang mendefinisikan epidemi ini sebagai peningkatan kasus operasi caesar yang tidak selalu berkaitan dengan alasan medis.

Penggunaan operasi caesar tanpa alasan medis meragukan karena prosedur ini memiliki risiko dan biaya kesehatan yang besar. “Penggunaan operasi caesar telah meningkat selama 30 tahun terakhir, melebihi 10-15 persen kelahiran yang dianggap optimal, tanpa manfaat maternal maupun perinatal yang signifikan,” seperti yang tertulis dalam laporan studi.

Kasus dr. Bordoloi masih dalam proses investigasi. Dokter tersebut mengaku melakukan operasi caesar karena jumlah permintaan tiba-tiba melonjak dalam satu hari. “Saya menangani kasus-kasus darurat satu per satu, dan jumlahnya tiba-tiba melonjak. Saya bekerja cepat, tetapi semua prosedur medis yang diperlukan tetap diikuti,” katanya, sesuai dengan laporan The Assam Tribune. “Apa yang saya lakukan bukanlah hal yang aneh, dan dokter lain juga melakukan banyak operasi dengan kecepatan seperti itu. Mungkin ada yang mengeluhkan saya,” tambahnya.

Sementara 19 dari 21 ibu dan bayi sudah dipulangkan dalam kondisi stabil, dua kasus masih dirawat di rumah sakit, termasuk satu yang dipindahkan ke Gauhati Medical College and Hospital, salah satu fasilitas medis terkemuka di wilayah tersebut.

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan oleh WHO pada tahun 2024 menunjukkan bahwa praktik operasi caesar yang berlebihan di India juga terkait dengan faktor-faktor budaya dan sosial. Hal ini menguatkan kesimpulan bahwa tidak hanya alasan medis yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan operasi. Sementara itu, analisis lain mengungkapkan bahwa biaya operasi caesar di India hanya sebagian kecil yang ditutupi oleh asuransi kesehatan, membuat banyak pasien memutuskan untuk membayar sendiri. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab peningkatan jumlah operasi non-medis.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa rumah sakit di India mulai menerapkan protokol yang lebih ketat mengenai indikasi operasi caesar. Mereka juga menyelenggarakan pelatihan bagi dokter untuk meningkatkan keterampilan persalinan normal. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membatasi penggunaan operasi caesar hanya untuk kasus yang sesungguhnya membutuhkannya. Dalam menanggapi fenomena ini, masyarakat juga perlu lebih sadar tentang risiko dan manfaat dari setiap tipe persalinan, sehingga keputusan dapat dibuat dengan lebih bijak.

Masyarakat dan para ahli kesehatan harus berkolaborasi untuk memastikan bahwa setiap persalinan dilakukan dengan aman dan sesuai dengan kebutuhan medis. Tidak hanya itu, upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil juga menjadi kunci utama dalam mengurangi praktik operasi caesar yang tidak perlu. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa setiap ibu dan bayi mendapatkan perawatan yang optimal selama proses persalinan.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan