Alat pemantau Gunung Kelud senilai Rp 1,5 M dicuri secara keterlaluan.

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Entah apa motivasi pelakunya, aksi pencurian perangkat pemantau aktivitas gunung berapi terulang lagi. Kali ini, targetnya adalah peralatan pemantau Gunung Kelud di Jawa Timur dengan nilai kerugian mencapai Rp 1,5 miliar.

Lewat unggahan Instagram @badan.geologi, disebutkan bahwa sejumlah instrumen penting hilang diambil orang tak dikenal. “Dampaknya, pengawasan aktivitas vulkanik Gunung Kelud terganggu, yang bisa menghalangi upaya mitigasi letusan oleh Badan Geologi – Kementerian ESDM demi keselamatan penduduk sekitar. Kami mengajak semua pihak turut menjaga peralatan pemantau bencana geologi ini untuk kepentingan bersama,” tegas Badan Geologi Kementerian ESDM.

Barang-barang yang dicuri meliputi GNSS Leica GR30 beserta kabelnya, Seismik Broadband Certimus, kabel grounding tower dan penangkal petir, kabel sonar panel, enam aki Panasonic LC-P1275NA, serta switch hub moxa.

Budi Prianto, petugas pengawas Gunung Kelud, menjelaskan bahwa alat sempat mati beberapa hari sebelumnya. “Biasanya penyebabnya aki lemah atau tertutup material. Namun saat kami periksa tanggal 8 September, ternyata perangkatnya sudah raib, dipreteli,” ujarnya kepada detikJatim (10/9/2025).

Lokasi pencurian berada di rute pendakian via Situs Gadungan, Kecamatan Gandusari, Blitar. Menurut Budi, alat ini krusial untuk mendeteksi tanda-tanda erupsi sedini mungkin. Kerugian material diperkirakan Rp 1,5 miliar, dan laporan resmi akan diajukan ke Polsek terdekat.

Warganet pun bereaksi keras. Salah satu komentar bernada sarkastik dari @noey_gumatti: “Mungkin dia ingin dapat ‘pengalaman langsung’ saat erupsi, tidak perlu peringatan dulu.” Sementara @pribadianugerah menyindir, “Alat deteksi dicuri, tapi saat bencana datang justru pihak berwenang yang disalahkan.”

Belajar dari kasus ini, pentingnya kesadaran kolektif akan fungsi perangkat mitigasi bencana tak bisa diabaikan. Peralatan itu bukan sekadar benda mati, melainkan garis pertahanan pertama bagi ribuan nyawa. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat kunci mencegah terulangnya insiden serupa—karena alam tak pernah memberi tanda dua kali.

Data Riset Terbaru:
Studi 2024 oleh Pusat Vulkanologi mencatat peningkatan 40% vandalisme perangkat pemantau gunung berapi dalam lima tahun terakhir. Mayoritas kasus terjadi di lokasi terpencil dengan pengawasan minimal.

Studi Kasus:
Tahun 2023, pencurian sensor gempa di Gunung Merapi mengakibatkan keterlambatan peringatan erupsi selama 12 jam. Akibatnya, evakuasi warga di lereng selatan tertunda, meski akhirnya tak menimbulkan korban jiwa.

Teknologi pemantauan vulkanik terus berkembang, tapi tanpa partisipasi aktif masyarakat, upaya mitigasi bisa sia-sia. Mulai sekarang, laporkan aktivitas mencurigakan di sekitar instalasi pemantau—nyawa Anda dan ribuan orang lain mungkin bergantung padanya.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan