Proyek Smelter Nikel Dibuka Kembali Peluang Kolaborasi dengan Danantara

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Saat ini, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) mulai mempertimbangkan keikutsertaan mereka dalam proyek smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) yang dikembangkan oleh PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Smelter jenis ini khusus untuk produksi bahan baku baterai kendaraan listrik. Dalam pembicaraan dengan Muhammad Asril, Direktur dan Chief Project Officer Vale Indonesia, tim Danantara menunjukkan minat untuk berpartisipasi. Namun, Asril tidak dapat menegaskan apakah investasi itu akan terjadi.

“Kami telah menyampaikan bahwa peluang tersebut masih terbuka. Menurut informasi yang saya miliki, saat ini ada diskusi awal tentang peran atau keterlibatan Danantara dalam tiga proyek pengembangan. Itu adalah yang bisa saya sampaikan terkait dengan proyek tersebut,” kata Asril dalam acara Public Expose Live secara virtual, Kamis (11/9/2025).

Proyek HPAL Vale Indonesia tersebar di tiga provinsi, yaitu Pomalaa di Sulawesi Tenggara, Morowali di Sulawesi Tengah, dan Sorowako di Sulawesi Selatan. Untuk lokasi Pomalaa, kerja sama dilakukan dengan Huayou dan Ford Motors. Asril juga menegaskan bahwa ada kemungkinan pihak lain, termasuk investor baru, akan bergabung dalam pengembangan di ketiga wilayah tersebut.

Bernadus Irmanto, Presiden Direktur Vale Indonesia, menegaskan bahwa proyek smelter HPAL yang mereka bangun sangat kompetitif di sektor nikel domestik. Ia menjelaskan bahwa proyek ini memanfaatkan pengalaman dari smelter HPAL yang sudah ada sebelumnya. “Proyek saat ini mendapatkan manfaat dari pengalaman-pengalaman di proyek HPAL sebelumnya. Saya bisa mengatakan bahwa pelajaran dari kegagalan maupun kesuksesan pabrik-pabrik sebelumnya justru membantu kami meningkatkan kualitas proyek ini,” ujarnya.

Berdasarkan data terbaru, sektor nikel di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama dengan peningkatan permintaan bahan baku baterai global. Studi kasus dari proyek-proyek HPAL sebelumnya menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi produksi hingga 30%. Selain itu, kerjasama dengan perusahaan internasional seperti Huayou dan Ford Motors memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri baterai listrik.

Dengan potensi yang besar, perusahaan-perusahaan lokal dan global terus berkompetisi untuk memastikan akses ke pasar nikel yang berkembang. Sudah waktunya untuk memanfaatkan potensi ini dengan lebih bijak, baik dalam skala komersial maupun teknologi.

Industri nikel di Indonesia sedang melewati transformasi yang menarik. Dengan keahlian teknis yang terus berkembang dan dukungan dari investor, proyek-proyek seperti ini menunjukkan bahwa masa depan lebih cerah. Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci sukses, dan itu yang membuat Indonesia semakin menonjol di peta global.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan