Airbus Mencapai Target Pengiriman 820 Pesawat pada Tahun 2025

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Airbus, produsen pesawat komersial dari Perancis, menunjukkan keyakinan dalam merampungkan pengiriman 820 pesawat sepanjang 2025, meski menghadapi penanganan produksi mesin pesawat yang lambat dan kondisi global yang tidak pasti. Melalui wawancara dengan Phil LeBeau dari CNBC, Guillaume Faury, CEO Airbus, membenarkan bahwa perusahaan telah memproduksi pesawat tanpa mesin sementara menanti pengiriman dari CFM International dan Pratt & Whitney. “Kami terus memantau pengiriman mesin dari CFM dan Pratt & Whitney, namun mereka telah mengonfirmasi ketercapaian target produksi kami. Oleh karena itu, kami tetap optimis hingga akhir tahun,” ungkap Faury, seperti dikutip CNBC, Rabu (10/9/2025).

Perusahaan tersebut telah mengalami kendala dalam produksi mesin selama beberapa tahun. RTX, pemilik Pratt & Whitney, sebelumnya telah mengungkapkan pada 2023 bahwa masalah kualitas produksi akan memengaruhi ratusan mesin hingga 2027. Faury mengaitkan penundaan tersebut dengan masalah kualitas dan serik pekerja. “Namun, kami percaya mereka memiliki kapasitas produksi yang memadai. Kami berharap mereka akan segera kembali ke jalur produksi yang stabil dan memenuhi komitmen,” tambahnya.

Pada Agustus 2025, Airbus berhasil mengirimkan 61 pesawat, sehingga total pengiriman sepanjang tahun mencapai 434 unit. Sementara itu, saingannya Boeing dari Amerika Serikat telah mengirimkan 57 pesawat pada bulan yang sama, dengan total 385 unit sepanjang tahun 2025, masih berada di bawah angka Airbus.

Selain itu, Airbus tetap konsisten dalam target pengiriman pesawat meski menghadapi ancaman tarif impor tinggi. Perjanjian perdagangan antara AS dan Uni Eropa saat ini telah melindungi industri pesawat dari tarif balasan oleh Presiden Donald Trump. Faury memandang kebijakan relaksasi tarif sebagai tindakan yang tepat, namun ia tetap khawatir dengan ketidakpastian ekonomi global. “Kami adalah industri jangka panjang yang membutuhkan kestabilan. Perubahan yang tidak dijelaskan dan kebutuhan beradaptasi terus-menerus memperlambat perkembangan kami,” tutup dia.

Sebuah laporan terbaru dari McKinsey & Company menunjukkan bahwa industri pesawat global masih menghadapi tantangan signifikan, termasuk keterlambatan rantai pasokan dan biaya operasional yang semakin tinggi. Studi ini mengungkapkan bahwa perusahaan yang dapat memanfaatkan teknologi baru dan meningkatkan keefisienan produksi akan lebih unggul di masa depan.

Pada tahun 2023, PT Garuda Indonesia melaporkan peningkatan efisiensi operasional dengan mengadopsi pembaruan sistem manajemen produksi. Hasilnya, perusahaan tersebut berhasil mengurangi biaya operasi sebanyak 15% dalam waktu satu tahun.

Dari sini terlihat bahwa industri pesawat terus berkembang meski menghadapi berbagai tantangan. Keterlambatan produksi, masalah kualitas, dan ketidakpastian ekonomi global menjadi faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan. Namun, dengan strategi yang tepat dan inovasi teknologi, perusahaan seperti Airbus dan Boeing tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Ketika kita melihat perkembangan ini, terlihat bahwa industri aeronautika tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang fleksibilitas dan keberanian dalam menghadapi perubahan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan