AHY Ingatkan: Dampak Negatif AI Bisa Membuat Kita Bingung Bedakan Fakta dan Hoax

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah menyoroti pros dan kontra dari adanya artificial intelligence (AI) dalam kehidupan masyarakat. Dia menegaskan bahwa masyarakat perlu berhati-hati dalam menilai informasi yang diperoleh. Keterangan tersebut disampaikan AHY saat acara Wisuda ke-9 dan Welcoming Reception ke-13 Universitas Ary Ginanjar (UAG) serta ESQ Business School. Dalam acara tersebut hadir pula Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Ketua MUI Cholil Nafis, serta Tim Formatur Sekolah Rakyat Muhammad Nuh.

AHY memaparkan bagaimana AI dapat menjadi alat yang bermakna ganda bagi masyarakat. Dalam pidato di hadapan wisudawan dan mahasiswa baru UAG, dia menjelaskan risiko keberadaan AI yang dapat menimbulkan disinformasi atau misinformasi. “Kita sering bingung apakah ini fakta atau hoax, atau apakah ini berita palsu. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan karakter seseorang karena adanya informasi negatif yang menyebar melalui ruang digital,” ungkap AHY di Menara 165, Jakarta Selatan, Rabu (10/9/2025).

AHY menambahkan bahwa fenomena ini telah menjadi paradoks di era modern. “Ini bukan hanya mengganggu, tetapi juga berbahaya. Negara-negara di seluruh dunia juga masih bingung bagaimana menghadapi tantangan AI dan dampaknya. Meskipun AI memberikan manfaat seperti informasi yang lebih cepat dan efisien, kita tetap harus waspada terhadap risikonya,” katanya. Dia juga menekankan pentingnya memiliki prinsip dan nilai untuk tidak terpengaruh oleh dampak negatif teknologi. “Kita bisa menjadi korban teknologi sendiri. Situasi yang dinamis dan penuh ketidakpastian memerlukan dasar nilai yang kuat,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koperasi Ferry Juliantono memberitahu bahwa AI telah membantu kegiatan praktis, seperti di Koperasi Desa Merah Putih. “AI membantu dalam memilih talenta yang tepat, lebih presisi, lebih cepat, dan lebih hemat biaya,” jelas Ferry. Dia juga menyebutkan AI membantu dalam pengelolaan sumber daya manusia di Koperasi Desa Merah Putih. “Penerapan ini memang relatif murah dan efisien, meskipun perlu penelitian lebih lanjut,” tambahkan dia.

Founder Universitas Ary Ginanjar and ESQ Corp, Ary Ginanjar, mengungkapkan bahwa kampusnya menekankan pembentukan tiga kecerdasan: intelektual, emosi, dan spiritual. Dia berharap kampus menjadi pusat pembelajaran yang unggul menuju Indonesia Emas 2045. “Kampus ini tidak hanya menekankan akademik tetapi juga karakter dan soft skill, sehingga dikenal sebagai University of Life,” kata Ary. Visi kampus ini adalah untuk mencetak generasi pemimpin masa depan yang berkarakter.

Data terbaru menunjukkan bahwa penggunaan AI di berbagai sektor terus meningkat. Seperti yang dilaporkan oleh McKinsey, hingga tahun 2025, adopsi AI di sektor koperasi dan pendidikan bisa mencapai 60%. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi ini bukan hanya membantu dalam kegiatan operasional tetapi juga dalam pengembangan sumber daya manusia.

Studi kasus di Singapura menunjukan bahwa AI telah membantu pemerintah dalam menganalisis data wisatawan untuk meningkatkan pengalaman pelayanan. Sementara di Indonesia, beberapa kampus telah memanfaatkan AI untuk personalisasi pembelajaran mahasiswa, seperti yang dilakukan oleh UAG.

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran akan manfaat dan risiko yang ada. AI bukan hanya alat untuk efisiensi, tetapi juga harus digunakan dengan bijak. Keberadaan prinsip dan nilai dalam era digital akan membantu kita menavigasi tantangan yang datang. Jadi, mari kita optimize penggunaan AI dengan bijak, agar teknologi ini membawa kemajuan tanpa mengorbankan etika dan karakter.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan