Penangkaran Penjara Iran yang Diserang Israel: Kesaksian dari Dalam

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Motahareh Goonei, seorang aktivis politik yang ditahan di Penjara Evin, Iran, mengungkapkan pengalaman sulitnya saat serangan Israel terhadap fasilitas tersebut. Dalam wawancara dengan BBC, ia menyatakan bahwa neraka bukan ketika serangan berlangsung, melainkan ketika penjaga penjara menolak membuka sel untuk para tahanan.

Penjara Evin, kompleks berkeamanan tinggi di utara Teheran, telah menjadi tempat penyiksaan dan tahanan ribuan aktivis politik selama beberapa dekade. Pada Juni, tempat ini menjadi sasaran serangan Israel yang menyebabkan banyak korban jiwa. Aparat Iran menyebutkan 80 orang tewas, termasuk staf penjara, narapidana, petugas medis, pengunjung, dan warga sekitar.

Human Rights Watch mengklarifikasi serangan udara Israel terhadap penjara tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang. Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku melakukan serangan karena fasilitas tersebut digunakan untuk operasi intelijen melawan mereka.

Goonei menggambarkan detik-detik yang menggetarkan saat ledakan terkena penjara. Ketika pintu sel tetap tertutup, ia merasa bahwa hidupnya berakhir. Namun, dengan bantuan tahanan lain, ia berhasil keluar dan menemukan keadaan yang menyedihkan. Para tahanan mengabaikan ancaman penjaga dan malah membantu petugas penjara yang terluka, termasuk doktor dan perawat yang terjebak di klinik penjara.

Seorang narapidana lain, yang ingin tetap anonim karena kekhawatiran keselamatannya, mengisahkan bagaimana mereka berusaha menyelamatkan diri tanpa bantuan penjaga. Dalam keadaan panik, mereka membantu wanita tua dan mencoba melindungi diri dari bahaya.

Laporan BBC menyatakan bahwa Israel mengirim setidaknya enam proyektil, merusak 28 bangunan di dalam kompleks. IDF mengaku melakukan serangan terarah, tetapi kerabat tahanan menuturkan kondisi mayat yang tersebar di mana-mana setelah serangan.

Menurut otoritas Iran, 75 narapidana berhasil melarikan diri selama kekacauan, tetapi sebagian besar kembali atau ditangkap kembali. Dari 80 korban, 42 di antaranya adalah staf penjara, sedangkan lima lainnya adalah narapidana. BBC News Persia telah memverifikasi kematian tiga korban melalui kerabat mereka, termasuk Masoud Behbahani, Arvin Mohammadi, dan Mehrangiz Imanpour.

Korban lainnya mencakup ibu dengan bayi berusia satu tahun, seorang dermawan, pekerja sosial, dan anak-anak muda yang sedang menjalani wajib militer. Selain itu, nasib para tahanan transgender di penjara masih belum diketahui, meski ada laporan yang beredar tentang kematian mereka.

Israel belum menanggapi pertanyaan BBC tentang target serangan dan senjata yang digunakan. Amnesty International dan kantor hak asasi manusia PBB menyatukan pendapat bahwa serangan tersebut melanggar hukum humaniter internasional.

Setelah serangan itu, situasi para tahanan transgender di Evin menimbulkan kekhawatiran serius. Reza Shafakhah, pengacara Iran, mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai nasib mereka sangat mendesak.

Dalam situasi konflik yang rumit ini, penting untuk terus memperhatikan kebebasan dan hak asasi manusia, baik bagi narapidana maupun warga sipil yang terpengaruh. Kita harus tetap berjuang untuk keadilan dan kebenaran, tanpa memedulikan tekanan dari pihak manapun.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan