Meninggalnya Arif Budimanta, Akademisi Pejuang Pancasilanomics

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Arif Budimanta, tokoh yang aktif di bidang ekonomi dan politisi, meninggal dunia pada usia 57 tahun. Kepergiannya terjadi selama perawatan di rumah sakit, meninggalkan sedih yang mendalam bagi keluarga dan teman-teman dekat. Didik J. Rachbini, eksponen ekonomi senior dan rektor Universitas Paramadina, menyampaikan perasaan dukanya atas hilangnya figur yang telah lama berkomitmen pada perkembangan Indonesia.

Arif dikenal sebagai mantan anggota DPR pada periode 2009-2014 dan terlibat dalam think tank PDIP, Megawati Institute. Didik mengingat Arif sebagai teman seangkatan di IPB dan menyoroti bahwa kehilangan ini begitu mendadak. “Arif adalah adik kelas saya di IPB, dan aku sangat kesal karena ia pergi terlalu muda. Namun, takdir tidak bisa kita tangguhkan, sehingga kita harus menerima dengan ikhlas,” ujar Didik pada hari yang sama, Sabtu (6/9/2025).

Kepergian Arif Budimanta telah meninggalkan pelajaran berharga bagi generasi mendatang. Ia banyak menulis buku dan artikel di berbagai media nasional, seperti Kompas, Bisnis Indonesia, dan detikFinance, dengan fokus pada isu ketimpangan, UMKM, investasi, dan keberlanjutan. Pemikiran Arif terutama berpusat pada ekonomi politik, Pancasila, dan kebijakan publik. Karya-karyanya, seperti Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak (2019), menganalisis bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat menjadi landasan sistem ekonomi yang adil, inklusif, dan berdaulat. Selain itu, ia juga menulis Arsitektur Ekonomi Indonesia, yang mengkritisi model pembangunan yang terlalu liberal dan menawarkan alternatif berbasis Pasal 33 UUD 1945.

Meskipun bernaung di PDIP, Arif lebih dikenal melalui peran aktifnya di Megawati Institute sejak 2008. Di sini, ia sering mengembangkan dan menyampaikan gagasan-gagasan ekonomi, termasuk konsep Pancasilanomics. Didik menambahkan bahwa Arif bukan hanya aktif di bidang politik, tetapi juga aktif mempromosikan diskusi penting tentang ekonomi berbasis nilai-nilai Pancasila.

Di masa jabatannya sebagai anggota DPR, Arif berperan dalam gerakan sunyi yang bertujuan menghidupkan kembali ekonomi konstitusi. Ia mendorong agar kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama, bukan hanya pertumbuhan ekonomi berbasis kebijakan liberal. Arif juga terlibat dalam kaukus lintas fraksi yang berusaha memasukkan indikator kesejahteraan masyarakat dalam penyusunan APBN. Selain kiprah politik, Arif juga aktif di bidang sosial dan pendidikan sebagai pengurus Yayasan Wakaf Paramadina. Melalui peran ini, ia terus memacu diskursus publik dan memberikan kritik terhadap kebijakan ekonomi dan politik.

Pemikiran Arif Budimanta tentang Pancasilanomics dan arsitektur ekonomi nasional tetap relevan hingga saat ini. Ia berhasil menyatukan nilai-nilai filosofis Pancasila dengan konsep ekonomi modern, menjadikan ide-idenya sebagai inspirasi bagi banyak pihak. Keberaniannya dalam mengkritisi sistem dan menawarkan alternatif membuktikan komitmennya pada perkembangan Indonesia yang adil dan berkelanjutan. Generasi penerus harus terus mempertahankan semangat seperti Arif dalam memajukan bangsa.

Meskipun sudah tiada, pengaruh Arif Budimanta akan terus hidup melalui karya-karyanya dan kontribusi yang telah dilakukannya. Pemikiran-pemikiran ekonomi yang diawalkan selalu relevan, khususnya dalam upaya membangun Indonesia yang lebih adil dan inklusif. Langkah-langkah yang diambilnya sebagai intelektual dan politisi patut dijadikan inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi pada perkembangan bangsa.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan