Bos Bulog Meninjau Ribuan Ton Beras di Gudang untuk Mencegah Kerusakan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, merespon adanya banyak keluhan mengenai kualitas beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang rusak. Ia secara langsung mengunjungi gudang terbesar di Kelapa Gading, Jakarta Utara, untuk memverifikasi kondisi beras yang disimpan dan siap dipasarkan.

Kunjungan tersebut dimulai sekitar pukul 11.30 WIB, ketika Ahmad bersama wakil media memasuki salah satu gudang beras di Kantor Wilayah DKI dan Banten Perum Bulog. Di lokasi tersebut terdapat 74 gudang dengan kapasitas penyimpanan masing-masing mencapai 3 ribu ton.

“Ini adalah salah satu gudang di Jakarta yang menjadi bagian dari cadangan beras pemerintah sebesar 3,9 juta ton. Kapasitas gudang ini saat ini mencapai 355.200 ton,” ujar Ahmad di Gudang Beras Bulog Kanwil DKI dan Banten, Jakarta Utara, Sabtu (6/9/2025).

Selama kunjungan, ia menunjukkan bagaimana beras-beras Bulog disimpan dalam tumpukan karung berukuran 50 kg. Tumpukan karung beras tersebut mencapai beberapa meter tinggi. Gudang ini mengandung beras yang akan dipasarkan di seluruh wilayah Jakarta dan Banten.

Ahmad menyampaikan bahwa gudang-gudang ini selalu dibersihkan setiap hari dan dilakukan pemeriksaan kualitas stok secara teratur, baik mingguan maupun bulanan. Perawatan rutin meliputi penge Sprying untuk pencegahan hama, fumigasi jika terdapat tanda-tanda serangan hama, hingga monitoring harian terhadap kondisi gudang dan lingkungan penyimpanan.

“Kami juga memiliki platform pemeliharaan mingguan. Setiap minggu, petugas gudang melakukan evaluasi dengan kepala gudang. Biasanya pada setiap Jumat pagi, mereka berkumpul dengan kepala gudang yang ada di sini,” jelas Ahmad.

“Dari situ, dapat dievaluasi kebutuhan gudang, misalnya gudang ini membutuhkan perbaikan, gudang A membutuhkan ini, gudang C membutuhkan itu. Selanjutnya, dilakukan pembersihan bagian luar gudang,” tambahnya.

Setelah membahas hal tersebut, Ahmad menuju area pengemasan beras yang berada di bagian belakang gudang. Di sana, ia menunjukkan proses pengolahan dan pengemasan beras Bulog.

Sebelum kemasan, beras melewati beberapa mesin yang berfungsi untuk memisahkan beras dari objek lain seperti kerikil atau sisa potongan karung. Dengan begitu, beras yang dicuci masuk ke dalam mesin kemasan sudah dalam kondisi steril dan bebas kontaminan. Proses pengemasan dilakukan menggunakan mesin untuk memastikan setiap karung memiliki berat yang sama.

Pada saat kunjungan, dua mesin digunakan untuk mengemas beras SPHP, dioperasikan oleh enam petugas. Dua di antaranya bertugas memasukkan karung ke dalam mesin, dua petugas melakukannya proses penjahitan karung, dan dua lainnya menata karung yang sudah siap diedarkan.

Menurut perhitungan Thecuy.com, dalam satu menit dengan dua mesin tersebut, petugas dapat mengemas masing-masing 12 kantong beras SPHP ukuran 5 kg. Selain itu, Bulog juga mengemas beras premium dengan merek ‘Befood’. Kunjungan ke gudang beras terbesar Bulog berakhir sekitar pukul 13.00 WIB.

“Jika kami diminta untuk menyediakan beras medium, kami siapkan dengan persentase broken 25%. Jika ada permintaan untuk beras premium, broken-nya 15%,” terangnya.

“Dengan demikian, kami akan menyediakan beras berkualitas bagus yang akan disalurkan kepada masyarakat,” tegas Ahmad.

Peninjaun lebih dalam tentang manajemen cadangan beras nasional menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan dan kontrol kualitas yang ketat merupakan kunci utama untuk memastikan stabilitas pasokan pangan. Dengan adanya evaluasi rutin dan teknologi pengolahan modern, Bulog dapat menjaga kualitas beras yang siap dipasarkan.

Selain itu, studi kasus dari negara-negara tetangga menunjukkan bahwa kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam pengelolaan cadangan pangan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk. Diharapkan, dengan inovasi dan perbaikan yang terus-menerus, Bulog dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Dalam upaya memastikan pasokan pangan yang stabil, penting bagi masyarakat untuk juga aktif berperan dalam pengawasan kualitas produk yang diterima. Dengan demikian, kerjasama antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas dapat menciptakan sistem pangan yang lebih baik bagi semua.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan