Vladimir Putin, pemimpin Rusia, menyampaikan dua alternatif untuk mengakhiri konflik dengan Ukraina. Pilihan pertama adalah melalui perundingan atau dialog, sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan kekerasan. Menurut Reuters, tanggal 4 September 2025, Putin menyatakan bahwa Ukraina memiliki kesempatan untuk mengakhiri perang melalui negosiasi jika logika berakhir menang. Namun, jika percakapan tersebut tidak terjadi, ia siap mengakhiri perang dengan kekerasan jika itu satu-satunya jalan.
Putin menyatakan preferensi terhadap pilihan pertama untuk menyelesaikan situasi. Pernyataan ini diucapkan pada 3 September waktu setempat, saat akhir kunjungannya ke Tiongkok. Menurutnya, ada “sebagian cahaya di ujung terowongan” terkait upaya Amerika Serikat (AS) untuk mencari penyelesaian pada perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Menurut Putin, “Jika akal sehat menang, kita bisa mencapai kesepakatan yang dapat diterima untuk mengakhiri konflik ini.” Ucapannya dilakukan saat berbicara dengan wartawan di Beijing. Ia juga menambahkan, “Kita melihat niat dan keinginan tulus pemerintahan AS saat ini di bawah Presiden Donald Trump untuk mencari solusi. Dan saya rasa ada sedikit cahaya di ujung terowongan. Mari observasi perkembangannya. Jika tidak, maka kita harus menyelesaikan semua tugas dengan kekuatan senjata.”
Putin tidak menunjukkan tanda-tanda penarikan tuntutan lama yang menginginkan Ukraina meninggalkan ide untuk bergabung dengan NATO. Ia juga tidak membatalkan pernyataan tentang diskriminasi yang dialami oleh penutur bahasa Rusia dan etnis Rusia di Ukraina. Selain itu, Putin tidak menarik diri dari ide bahwa Moskow harus memiliki kendali penuh atas wilayah Donbas di timur Ukraina.
Putin menyatakan kesediaannya untuk berunding dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, asalkan Zelensky bersedia mengunjungi Moskwa. Menurut otoritas Kiev, usulan Putin untuk bertemu di Moskwa tidak diterima. Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, menyebutkan tujuh negara, termasuk Austria, Vatikan, Swiss, dan tiga negara Teluk, yang siap menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
Putin tetap menegaskan bahwa dirinya siap bertemu Zelensky. Namun, ia juga mengulang sikap Kremlin bahwa pertemuan seperti itu harus dipersiapkan dengan baik dan harus menghasilkan hasil nyata. “Tentang pertemuan dengan Zelensky, saya tidak pernah menutup kemungkinan tersebut. Tetapi apakah ada manfaatnya? Kita lihat saja nanti,” ujar Putin.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022, ketegangan antara kedua negara semakin memuncak. Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas pelanggaran hak asasi manusia dan krisis keamanan yang meluas. Sementara itu, komunitas internasional terus mendorong gencatan senjata dan solusi diplomatik untuk menghentikan konflik yang telah merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan kripsis humaniter yang luas.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.