Banyak orang memilih untuk menghindari masalah dengan menghilang sebentar, yang dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri. Hal ini terjadi karena otak berusaha melindungi diri dari perasaan yang tidak menyenangkan. Psikolog klinis Maharani Octy Ningsih menjelaskan bahwa perilaku ini sering disalahpahami sebagai tanda pengecutan, padahal sesungguhnya ada beberapa alasan di baliknya.
Menurut Maharani, salah satu faktor utama adalah keinginan untuk menghindari emosi negatif seperti kecemasan, takut, atau kesedihan. Beberapa orang mencoba mengabaikan masalah karena merasa lebih mudah. Selain itu, kurangnya keterampilan dalam mengelola konflik juga dapat memaksa seseorang untuk membiarkan masalah berjalan sendiri. Pengalaman buruk di masa lalu juga bisa membuat seseorang beranggapan bahwa menghadapi masalah berbahaya, sehingga mereka justru memilih untuk menghindari konfrontasi.
Kondisi ini juga dapat disertai dengan rasa tidak mampu, minder, atau keterpaksaan untuk menghindari situasi yang dianggap menantang. Beberapa tanda yang menunjukkan seseorang suka menghindari masalah meliputi kecenderungan menunda, menghindari percakapan serius, ghosting, mencari aktivitas pelarian seperti nonton, tidur, belanja, atau bermain game secara berlebihan, mudah defensif, serta tampak cemas dan tidak produktif.
Menurut psikologi, kebiasaan menghindari masalah tidak selalu memerlukan bantuan profesional, karena hampir semua orang pernah mengalami hal serupa. Namun, jika perilaku ini menjadi rutin dan mengganggu pekerjaan, hubungan, atau kehidupan sehari-hari, maka mungkin ada masalah psikologis yang lebih dalam. Pola ini dikenal sebagai avoidance coping, yang sebenarnya merupakan cara tubuh untuk melindungi diri. Namun, jika menjadi kebiasaan yang mengganggu, maka penting untuk mencari cara yang lebih sehat untuk menghadapi tantangan.
Tentunya, ada risiko jika seseorang terus menghindari masalah. Masalah yang tidak diselesaikan akan semakin besar, menyebabkan stres yang berkepanjangan. Selain itu, raspasan bersalah dapat muncul, serta risiko kerusakan hubungan dengan orang lain. Mereka yang suka menghindari masalah juga bisa merasa kehidupan mereka terhambat karena melewatkan peluang yang baik, seperti kesempatan kerja atau pengembangan diri. Hal ini dapat memicu kebiasaan mencari pelarian lain, seperti terus-menerus menggunakan media sosial.
Mengatasi masalah tidak selalu mudah, tetapi menghindari mereka tidak akan membuatnya hilang. Langkah pertama adalah mengenali pola perilaku ini dan mencari cara untuk berhadapan dengan Tantangan dengan lebih bijak. Dengan dukungan yang tepat, setiap orang bisa menemukan kekuatan dalam diri untuk menghadapi masalah dengan lebih baik.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.