Sejak Senin, 25 Agustus 2025, demonstrasi besar-besaran mewarnai berbagai kota di Indonesia. Isu yang memicu unjuk rasa ini adalah rencana kenaikan tunjangan bagi anggota DPR, yang dianggap tidak sesuai dengan situasi ekonomi yang masih sulit diangkat. Warga merasa kekecewaan mendalam karena menurut mereka, para perwakilan rakyat yang harus melayani kepentingan masyarakat malah melupakan aspirasi mereka. Oleh karena itu, turun ke jalan menjadi pilihan yang dianggap paling tepat untuk menyuarakan kegusaran tersebut.
Awalnya, demonstrasi ini dipenuhi semangat yang kuat. Mahasiswa, buruh, dan masyarakat umum bersatu dalam satu tujuan yang jelas. Namun, tujuan bersama ini berubah ketika insiden tragis terjadi. Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun, kehilangan nyawanya setelah terkena kendaraan taktis dari Brimob. Kejadian ini mengubah duka menjadi kemarahan yang besar. Demonstrasi yang semula memfokuskan kritik terhadap kebijakan DPR, kini teralihkan menjadi protes keras atas kematian Affan. Simpatik publik terhadap para demonstran semakin mendalam, tetapi justru di situ, keberadaan ‘penumpang gelap’ mulai terlihat.
Dalam beberapa hari, wajah demonstrasi berubah menjadi lebih agresif. Fasilitas umum terbakar, toko-toko dijarah, dan kota-kota yang semula menjadi sorotan perjuangan demokrasi kini terlihat seperti zona konflik kecil. Di tengah kekacauan ini, beberapa suara mulai muncul, meminta agar warga tidak lagi ikut demonstrasi dengan alasan keselamatan. Beberapa orang bahkan menganggap demonstrasi ini telah diambil alih oleh pihak tertentu melalui taktik ‘false flag’, yang bertujuan untuk mengotori citra gerakan dan memberikan alasan bagi represi yang lebih keras.
Pendapat ini didukung oleh Wasisto Raharjo Jati, peneliti dari BRIN, yang menyebut fenomena ini sebagai ‘penumpang gelap’. Mereka adalah individu atau kelompok yang menyusup ke dalam kerumunan dengan tujuan tersembunyi. Agendanya mereka tidak terlalu menginginkan perubahan sistemik, melainkan memanfaatkan momentum untuk tujuan politik atau ekonomi pribadi.
Taktik yang digunakan para penumpang gelap bisa dirangkum dalam tiga poin. Pertama, mereka mengalihkan perhatian dari isu kebijakan menjadi konfrontasi dengan aparat keamanan. Kemarahan atas kematian Affan digunakan habis-habisan untuk menimbulkan kekerasan berulang. Hal ini membuat narasi publik berubah dari “rakyat melawan kebijakan DPR” menjadi “rakyat melawan polisi”, sehingga para anggota DPR dapat menahan sorotan atas kebijakan mereka. Kedua, munculnya kekerasan dan penjarahan yang sistematis. Para demonstran yang awalnya memperjuangkan keadilan, tiba-tiba berubah menjadi perusak. Kelompok terorganisir yang bertanggung jawab atas aksi ini justru memberikan alasan bagi aparat untuk menertibkan demonstrasi dengan kekerasan. Ketiga, penyebaran sentimen sektarian. Dalam kerumunan, mulai muncul ajakan untuk menyerang kelompok minoritas tertentu, menuduh mereka sebagai dalang kerusuhan. Taktik ini bertujuan memecah belah solidaritas rakyat yang sudah terbentuk.
Meski aksi simpatik seperti silaturahmi ke keluarga Affan tampak mulia, pengorganisasiannya secara masif bisa mengalihkan perhatian dari tuntutan perubahan sistemik menjadi tindakan karitatif saja. Kematian Affan seharusnya menjadi simbol kegagalan negara dalam melindungi warganya dan momentum untuk menuntut akuntabilitas, bukan hanya kisah pilu yang berakhir dengan doa bersama.
Maka, bagaimana kita harus bertindak? Haruskah kita menyerah dan membiarkan para penumpang gelap ini memenangkan pertarungan narasi? Tentulah tidak. Kita harus lebih cerdas dalam berjuang. Saat ini, setiap individu yang peduli harus menjadi penjaga informasi, mengidentifikasi siapa kawan sejati dan siapa yang hanya ingin merusak. Ketika melihat aksi di jalan atau unggahan di media sosial, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini akan mendekatkan kita pada tuntutan awal? Ataukah justru menjauhkan kita, memecah belah, dan menimbulkan represi yang lebih besar? Kita harus lebih berpengetahuan, memiliki data dan argumen yang kuat, agar energi kolektif ini terarah pada target yang tepat: menuntut akuntabilitas dan kebijakan yang berpihak pada rakyat.
Kematian Affan Kurniawan adalah luka yang mendalam bagi demokrasi kita. Jangan biarkan pengorbanannya sia-sia karena perjuangan ini dibajak oleh mereka yang tak bertanggung jawab. Saatnya kita merapatkan barisan, bukan untuk saling menyerang, melainkan untuk saling melindungi. Lindungi dari provokasi, dari hoaks, dan dari kekacauan yang bisa memadamkan api reformasi. Mari saling menjaga demi kelanjutan demokrasi kita. Perjuangan masih panjang, dan senjata terbaik yang kita miliki saat ini adalah kewarasan. Wallahu A’lam.
—Data Riset Terbaru: Studi terkini menunjukkan bahwa 70% warga Indonesia merasa kurang percaya pada institusi legislatif, terutama dalam menghadapi krisis ekonomi. Ini menunjukkan kepentingan mendalam untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam pengambilan kebijakan.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Taktik “false flag” dan penetrasi ‘penumpang gelap’ dalam demonstrasi sering menjadi alasan untuk menurunkan tingkat partisipasi rakyat. Kita harus lebih bijaksana dalam mengidentifikasi provocateur agar perjuangan tetap berfokus pada isu inti tanpa teralihkan oleh agenda tersembunyi.
Kesimpulan:
Jangan biarkan perjuangan demokratis kita terlupakan atau dibajak. Tetaplah berjuang dengan bijaksana, lindungi satu sama lain dari hoaks dan provokasi. Hanya dengan kewarasan dan solidaritas yang kuat, kita bisa memenangkan pertarungan ini.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.