Pengadaan Senjata, Granat, dan Rudal Senilai Rp 1 Triliun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia masih melakukan impor besar-besaran peralatan militer. Dalam periode Januari hingga Juli 2025, nilai impor senjata, amunisi, dan komponen terkait mencapai US$ 65 juta atau setara Rp 1,06 triliun (dengan kurs Rp 16.386 per dolar).

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), yang dirilis pada Rabu, 3 September 2025, impor tersebut terbagi dalam tiga kategori utama. Pertama, senjata militer selain revolver dan pistol, dengan nilai impor sebesar US$ 46,83 juta atau Rp 767,35 miliar, dan volume sebesar 99.883 kilogram. Uni Emirat Arab menjadi penyuplai terbesar dengan nilai transaksi US$ 25,84 juta, diikuti Amerika Serikat (US$ 11,58 juta), Italia (US$ 7,36 juta), dan beberapa negara lain (US$ 2 juta).

Selain itu, Indonesia juga mengimpor bom, granat, torpedo, ranjau, rudal, dan amunisi perang serupa dengan nilai US$ 17,84 juta atau Rp 292,32 miliar hingga Juli 2025. Volume impor untuk kategori ini mencapai 25.326 kilogram. Prancis menjadi pemasok utama dengan nilai US$ 12,66 juta, diikuti Republik Ceko (US$ 2,52 juta), Korea Selatan (US$ 1,67 juta), dan beberapa negara lain (US$ 979.822).

Untuk kategori amunisi dan peluru lainnya, nilai impor tercatat lebih rendah, yaitu US$ 358.677 dengan volume 16.423 kilogram. Amerika Serikat mendominasi pasokan ini dengan nilai US$ 255 ribu, diikuti Korea Selatan dan Jepang.

Terkait dengan data ini, Indonesia masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan peralatan militer. Hal ini mengindikasikan bahwa industri pertahanan domestik masih memiliki ruang untuk berkembang agar negara dapat lebih mandiri dalam hal keamanan. Pemerintah perlu memperkuat kerja sama dengan industri lokal dan investasi teknologi untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Studi kasus dari negara seperti Korea Selatan menunjukkan bahwa dengan program pembangunan industri pertahanan yang kuat, negara dapat mengurangi impor dan bahkan menjadi eksporir peralatan militer. Indonesia dapat mencontoh model ini dengan membangun kapasitas produksi dalam negeri, baik melalui kerjasama dengan perusahaan asing maupun pengembangan teknologi lokal.

Memberikan dukungan yang chákn untuk riset dan pengembangan dalam bidang teknologi pertahanan akan memberikan dampak positif pada ekonomi dan keamanan nasional. Dengan demikian, Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan keamanan di masa depan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan