Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, memberikan keterangan mengenai kasus udang beku dari Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat, yang diduga terkena radioaktif Cesium-137. Pemerintah telah mengidentifikasi tempat yang mungkin menjadi sumber pencemaran pada produk tersebut.
Udang yang terkontaminasi berasal dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS). Meski terjadi insiden ini, Trenggono menjamin bahwa ekspor udang tetap berjalan dengan normal. “Tanggung jawab kami dalam hal mutu, selain radioaktif, tapi kini dengan kejadian ini mengapa bisa begitu? Indonesia tidak memiliki nuklir. Cesium-137 adalah bahan untuk senjata nuklir, padahal kita tidak memiliki nuklir, tapi tiba-tiba ada?” kata Trenggono saat rapat dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (3/9/2025).
Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta Kementerian Lingkungan Hidup untuk menangani masalah ini. PT BMS memiliki dua pabrik, di Medan dan Cikande, Kabupaten Serang, Banten. Produk dari pabrik di Medan tidak masalah, sementara yang dari Cikande diduga tercemar.
Cemaran Cesium-137 ini berasal dari paparan udara dari slab besi pabrik peleburan baja yang terletak di sekitar pabrik produksi udang. “Di Medan sudah terbukti tidak ada masalah, sedangkan di Cikande, empat kontainer terpapar melalui udara, dan sumbernya dari slab besi,” jelas Trenggono.
Pihak berwenang telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup untuk menelusuri asal sumber radioaktif. “Kami sudah meminta Kementerian LH untuk mengecek dan menelusuri sumbernya. Jika misalnya impor, maka yang diekspor tidak seharusnya ada jika berasal dari bekas reaktor, tetapi kita tidak tahu sampai di situ,” tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga memberikan penjelasan kepada Food and Drug Administration (FDA) AS tentang langkah-langkah yang telah diambil dan meminta agar udang Indonesia tetap diterima. Trenggono menggarisbawahi bahwa ekspor udang tidak terganggu akibat insiden ini. “Ekspor tidak terganggu. Dampaknya lebih pada negara lain yang mempertanyakan, kita akan menyelesaikan dengan baik.”
Kasus ini mengingatkan betapa pentingnya pengawasan ketat pada proses produksi dan distribusi ekspor, khususnya dalam mengatasi potensi kontaminasi yang tidak diinginkan. Kerjasama antarlembaga menjadi kunci untuk menjaga kualitas produk dan mempertahankan kepercayaan pasar internasional. Diharapkan dengan penanganan yang tepat, industri perikanan Indonesia dapat tetap berjalan dengan lancar tanpa gangguan signifikan.
Indonesia harus terus memperkuat sistem pengawasan dan evaluasi pada sektor perikanan, baik dalam aspek kualitas maupun keberlanjutan. Dengan demikian, produk ekspor dapat tetap competitif dan memenuhi standar internasional.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.