Pedagang Shelter PKL Dadaha Beralih ke Pinggir Jalan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Shelter Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Dadaha, Tasikmalaya, telah berada sejak tahun 2017, namun hingga saat ini fungsinya belum terpenuhi secara maksimal. Banyak pedagang yang sudah pindah ke tempat lain karena menilai lokasi shelter moins menguntungkan.

Pada Selasa, 2 September 2025, Radar melaporkan bahwa bangunan shelter yang dilengkapi fasilitas musala dan toilet tampak kosong. Hanya sebagian kecil pedagang yang masih bertahan. Kondisi fisik shelter juga mengecewakan, dengan atap yang berkarat, tiang dan lantai yang kusam, serta kesan kumuh yang masih terlihat. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan dana signifikan untuk memperbaiki kawasan Dadaha.

Shelter ini mulai digunakan pedagang sejak 2017 dan diikuti dengan proyek penataan Alun-alun Dadaha pada 2023, dengan biaya sekitar Rp11,5 miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat.

Tuti, seorang penjual kopi dan gorengan sejak 2016, mengungkapkan bahwa kondisi shelter sudah lama sepi. Dari awalnya 134 kios yang terisi, sekarang hanya tersisa empat pedagang. “Banyak yang pindah ke GOR Susi Susanti atau jalan utama karena di sini kurang laku,” kata Tuti. Meskipun begitu, ia tetap bertahan karena ada pelanggan tetap seperti pengemudi ojol dan pekerja.

Tuti juga mengaku bahwa kondisi shelter sekarang lebih nyaman. Sebelumnya, tempat ini sering diduduki oleh gelandangan dan pemabuk. Sayangnya, fasilitas yang ada tidak dimanfaatkan secara optimal. Sebagian area shelter kini digunakan sebagai tempat parkir dan penyimpanan gerobak.

Namun, tidak seperti Tuti, Yayan (45), penjual cilok, lebih memilih melapak di pinggir jalan utama. “Di shelter tidak ada pelanggan, sepi. Lebih baik di pinggir jalan meski harus menanggung risiko diusir Satpol PP,” ujarnya. Ia merasa lokasi pinggir jalan lebih strategis karena ramai dengan warga yang berolahraga atau lewat.

Rudianti (42), pengunjung kawasan Dadaha, menilai bahwa kondisi shelter sudah lebih baik dari sebelumnya. Namun, tanpa pengelolaan yang serius, bangunan ini hanya akan menjadi proyek yang gagal dalam menata PKL di Dadaha.

Seiring berkembangnya e-commerce dan perubahan pola belanja, shelter PKL seperti di Dadaha menghadapi tantangan untuk tetap relevan. Pemerintah perlu mendorong aktivitas di area ini dengan promosi, pelatihan, dan perbaikan fasilitas. Selain itu, kolaborasi dengan pedagang dan warga dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih ramai dan aman.

Sudah waktunya untuk melihat shelter PKL sebagai bagian integral dari perekonomian lokal. Dengan pendekatan yang tepat, tempat ini bisa menjadi pusat aktivitas yang ramai dan memotivasi pedagang untuk kembali.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan