Menperin Lapor Kinerja Manufaktur ke DPR, Investasi Capai Rp 366 Triliun

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan laporan tentang kinerja Industri Pengolahan Non Migas (IPNM) atau manufaktur kepada Komisi VII DPR RI. Di sektor penanaman modal, Agus mengungkapkan bahwa IPNM telah menarik investasi sebesar Rp 366 triliun dalam semester I-2025.

Jumlah tersebut mencapai 39% dari total investasi nasional yang tercatat sebesar Rp 942 triliun. Menurut Agus, pencapaian ini menjadi salah satu faktor kunci untuk mendorong ekspansi, inovasi, dan pembuatan lapangan kerja dalam bidang manufaktur.

“Selama periode Januari hingga Juni tahun ini, investasi IPNM mencapai Rp 366,6 triliun atau 39% dari total investasi nasional yang berjumlah Rp 942,9 triliun,” kata Agus saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (3/9/2025).

Menurut Agus, percaya diri investor terhadap IPNM terus memantap. Sementara dari sisi ekspor, pada semester I 2025, IPNM berkontribusi sebesar US$ 128,13 miliar atau 80% dari total ekspor nasional yang mencapai US$ 160,16 miliar.

Dalam rentang waktu Januari hingga Juli 2025, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 23,65 miliar, dengan kontribusi utama dari surplus perdagangan komoditas non migas sebesar US$ 34,06 miliar.

Sektor IPNM mencatat pertumbuhan 5,60% year-on-year menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,12%. “Pertumbuhan ini menggambarkan ekspansi yang sehat, sesuai dengan peran manufaktur sebagai salah satu pilar ekonomi utama dengan kontribusi 16,92% terhadap PDB,” ujarnya.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menunjukkan tren positif untuk kondisi manufaktur dalam negeri. IKI bulan Agustus 2025 tercatat pada level ekspansif 53,55, sementara PMI dari S&P berada di level 51,5. Hal ini menunjukkan optimisme pelaku usaha terhadap prospek industri. Namun, dengan tingkat utilisasi yang masih 62%, diperlukan strategi khusus untuk memperluas akses pasar.

“Angka ini menunjukkan bahwa manufaktur masih memiliki banyak ruang untuk mengoptimalkan kapasitas produksi nasional. Oleh karena itu, diperlukan strategi seperti perluasan akses pasar domestik dan internasional, serta penguatan kerja sama dan promosi produk nasional di level global,” tutup Agus.

Berdasarkan data terbaru, industri manufaktur terus menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan investasi yang signifikan dan kontribusi ekspor yang besar, sektor ini menunjukkan potensi yang kuat untuk mendorong perekonomian nasional. Pelaku usaha juga menunjukkan optimisme yang tinggi, seperti yang terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri yang ekspansif. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, perlu adanya strategi yang tepat dalam memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi produksi.

Kemajuan industri manufaktur bukan hanya tentang angka-angka, tetapi tentang transformasi yang dapat mendorong kualitas hidup masyarakat. Mari dukung dan berkontribusi pada perkembangan industri ini, karena setiap langkah kecil bisa menjadi dampak besar bagi masa depan bangsa.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan