Khutbah Jumat Maulid Nabi 2025: Naskah Lengkap dan Inspiratif

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 2025 dijadwalkan pada tanggal 5 September, yang merupakan perayaan ke-1447 H. Berikut adalah salah satu contoh naskah khotbah Jumat yang dapat dijadikan referensi untuk perayaan Maulid Nabi ini.

Salam sejahtera untuk seluruh muslim, puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk agar kita bisa terus berpegang teguh pada agama yang benar. Kami bersyukur atas nikmat Islam dan iman yang telah menguatkan keyakinan kita, memudahkan dalam melaksanakan salat Jumat. Semoga setiap perjalanan menuju masjid, doa yang kita panjatkan, dan rakaat yang kita kerjakan diterima sebagai amal jariah yang baik di sisi Tuhan.

Mengucapkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi teladan utama bagi umat manusia. Semoga kita semua dapat memperoleh pertolongan dan syafaatnya di hari kiamat, amin.

Dalam khotbah ini, saya mengajak kepada diri sendiri dan seluruh jemaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Takwa adalah bekal paling berharga bagi hidup di dunia dan akhirat. Jemaah Jumat yang diberkati Allah, kisah tentang kehancuran pasukan bergajah merupakan salah satu peristiwa yang mengagumkan, yang terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah, ketika Allah menetapkan lahirnya utusan terakhir bagi umat manusia.

Pasukan bergajah dipimpin oleh Abrahah Al-Habasy, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Yaman di bawah kekuasaan Kerajaan Habasyah. Dia membangun sebuah gereja megah di San’a dengan nama Al-Qullays, dengan tujuan agar manusia lebih beraliran agama Kristen daripada Islam. Namun, Allah telah menentukan bahwa Baitullah akan tetap dijaga dan dihormati, sejak dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Ketika Abrahah mendengar bahwa ada orang yang meremehkan Al-Qullays, dia marah dan bertekad menghancurkan Ka’bah.

Abrahah memimpin pasukan yang kuat, termasuk gajah-gajah yang dipercaya sebagai simbol kekuatan besar. Namun, manusia hanya bisa merencanakan, sementara Allah yang menentukan nasib. Ketika pasukan ini mendekati Makkah, Allah menampakkan kuasa-Nya. Gajah-gajah yang dibawa malah menolak maju ke arah Ka’bah. Ketika diarahkan ke tempat lain, gajah itu bergerak, tetapi jika diarah ke Ka’bah, gajah duduk dan menolak maju.

Ini merupakan tanda bahwa semua makhluk di bumi tunduk pada kehendak Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: “Tidak ada makhluk di bumi melainkan rezekinya ditentukan oleh Allah. Dia mengetahui tempat tinggal dan penyimpanan setiap makhluk.” (Q.S. Hud 11:6).

Kemudian, Allah mengutus burung-burung yang bernama Ababil, yang membawa batu-batu kecil dari sijjil. Batu-batu itu dilemparkan ke pasukan Abrahah, menghancurkan tubuh mereka seperti daun yang dimakan ulat. Dengan demikian, Allah memastikan bahwa siapa saja yang berniat merusak kehormatan Baitullah akan dihancurkan.

Mengutip Imâm Ibn Katsir dalam tafsir Al-Qur’an Al-‘Azîm, peristiwa ini menjadi pengantar kelahiran Nabi SAW. Allah hendak membersihkan Tanah Haram dari kekuatan asing sebelum kedatangannya. Ini adalah kebiasaan-Nya, menjadikan Nabi terakhir sebagai pembawa cahaya kebenaran.

Kisah Ashâbul Fîl bukan hanya sejarah, tetapi juga ikhtibar (pelajaran). Imâm Al-Qurṭubî mengatakan dalam tafsirnya: “Dalam ayat-ayat ini terdapat bukti bahwa Allah yang menjaga Bait-Nya dan tidak ada yang bisa menggantikannya.” Jemaah Jumat yang diberkati Allah, peristiwa ini mengandung pesan yang mendalam. Pertama, Allah Maha Kuasa menghancurkan makar manusia, walaupun pasukan dan peralatannya kuat. Dalam logika manusia, Ka’bah yang sederhana tidak bisa bertahan dari pasukan bergajah. Tetapi Allah menunjukkan kekuasaan-Nya. Ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk kezaliman dan kesombongan akan menghancur.

Kedua, Allah menunjukkan bahwa Ka’bah adalah pusat tauhid yang akan selalu dijaga. Setelah peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW lahir dan kemudian membersihkan Ka’bah dari berhala, mengembalikannya sebagai tempat ibadah yang murni untuk Allah. Ketiga, umat Islam harus belajar: siapa saja yang mencoba merusak agama atau berlaku sombong dengan kekuatan duniawi, nasibnya akan menghancur. Imâm Al-Ghazâlî dalam Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dîn mengingatkan: “Pelajaran ada pada akhir suatu urusan. Barang siapa mencari kemuliaan tanpa Allah, maka Allah akan menyesatkannya.”

Peristiwa ini menandakan bahwa kegelapan syirik dan kesombongan akan digantikan oleh cahaya kenabian. Tidak ada yang bisa menghalangi rahmat Allah. Allah berfirman: “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan) mereka, tetapi Allah menolak, justru hendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai.” (Q.S. At-Taubah 9:32).

Kita sebagai umat Nabi SAW harus mengambil pelajaran dari ‘Âmul Fîl. Jangan menjadi seperti Abrahah, sombong dan zalim, merasa kuat dengan kekuasaan dan harta. Tetapi menjadi hamba yang tunduk, menjaga kehormatan agama, dan senantiasa bertawakal kepada Allah. Jemaah Jumat yang diberkati Allah, mari kita gunakan kisah ini sebagai pengingat agar selalu menjaga hati dari kesombongan, menjaga amal dari riya’, dan menjaga kehidupan dari ketergantungan pada selain Allah. Sebeberapa kuat rencana manusia, tanpa rida Allah akan sia-sia. Sebaliknya, sekalipun kita lemah, jika Allah menolong, tak ada yang bisa mengalahkan kita.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan