Situasi KLB Malaria di Parimo Terus Menggelisah Sejak Januari Menurut Kemenkes

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengajukan usulan terkait dengan pengesahan kondisi darurat malaria di Kabupaten Parigi Moutong. Pihak berwenang setempat memerlukan tanggapan yang segera untuk menghambat penularan penyakit yang semakin banyak.

Awalnya, Parigi Moutong telah dinyatakan bebas dari malaria pada bulan Juni tahun 2024. Namun, dari Januari hingga Agustus 2025, jumlah kasus positif kembali naik hingga mencapai 168 individu. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa kasus pertama terdeteksi dari seorang pekerja tambang. Sumber penyakit ini berasal dari kasus import dari Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Pemerintah daerah dan dinas kesehatan telah mengambil langkah responsif, termasuk melakukan surveilans epidemiologi. Pada 15 Agustus 2025, Bupati Parigi Moutong mengeluarkan Surat Keputusan tentang Status Siaga Darurat Penanganan Bencana Non-Alam Malaria tahun 2025 dengan nomor 300.2.2/809/BPBD. Keputusan ini berlaku selama 30 hari, mulai 14 Agustus hingga 12 September 2025. Durasi siaga dapat diperpanjang tergantung pada kondisi di lapangan.

Apakah daerah sekitar harus waspada? Menurut Aji, kecamatan ini menjadi peringatan penting bagi wilayah lainnya, terutama yang memiliki sejarah kasus malaria dan program eliminasi. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dini dengan memantau laporan kasus malaria konfirmasi mingguan melalui SKDR dan sistem e-sismal.

Kementerian Kesehatan juga meminta setiap dinas kesehatan daerah untuk melakukan surveilans vektor, yakni pemetaan wilayah yang rentan terhadap nyamuk Anopheles dan habitat lingkungan yang berisiko. “Pemetaan harus fokus pada daerah dengan mobilitas penduduk tinggi ke/ dari wilayah endemis. Surveilans migrasi juga perlu untuk mendeteksi kasus import dan segera melaksanakan tatalaksana penanggulangan,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga meningkatkan persediaan obat antimalaria, alat diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test), dan kelambu di tingkat puskesmas.

Selain implementasi langkah-langkah tersebut, juga penting untuk memastikan edukasi masyarakat tentang cara mencegah penyakit malaria, seperti membersihkan genangan air, menggunakan pelindung tubuh, dan menggunakan jaring anti-nyamuk. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan juga menjadi kunci dalam mengatasi penyakit ini dengan efektif.

Keberadaan kasus malaria baru di Parigi Moutong menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan pengawasan yang konsisten masih diperlukan. Dengan semangat kolaborasi, daerah lainnya dapat belajar dan meningkatkan sistem pengawasan mereka untuk mencegah penularan penyakit ini. Setiap upaya yang dilakukan kini akan menjadi dasar bagi masa depan yang lebih sehat bagi semua warga.

Kasus ini juga mengingatkan kita bahwa malaria masih menjadi tantangan serius di beberapa wilayah. Persamaan lingkungan dan mobilitas penduduk yang tinggi dapat menjadi faktor risiko. Oleh karena itu, investasi pada infrastruktur kesehatan, pendidikkan masyarakat, dan teknik pengendalian vektor harus menjadi prioritas. Dengan upaya bersama, kita dapat mendekati tujuan eliminasi malaria di Indonesia, bukan hanya di satu daerah, namun di seluruh wilayah.

Malaria bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga tantangan kolektif. Setiap tindakan kecil, seperti penggunaan kelambu atau menghilangkan genangan air di sekitar rumah, bisa memberikan dampak besar. Mari kita semua berperan aktif dalam mengurangi risiko penyakit ini, sehingga generasi mendatang tidak lagi harus mengalami penderitaan yang sama.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page