Hujan Deras Selama Beberapa Hari Menyebabkan Retakan Tanah di Berbagai Rumah di Kecamatan Karangnunggal, Tasikmalaya

Di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya, hujan lebat selama dua hari terakhir mengakibatkan retakan tanah yang meluas di Kampung Cibatu, Desa Sukawangun, Kecamatan Karangnunggal. Dampaknya, sekitar sepuluh rumah warga dan satu musala mengalami kerusakan yang cukup parah.

Kepala Wilayah Kampung Cibatu, Irfan Hilmi, menjelaskan bahwa retakan tanah ini telah merambat hingga ke halaman, dinding, dan lantai rumah. Lebar retakan bervariasi mulai dari 10 hingga 50 sentimeter, beberapa bahkan menyebabkan runtuhnya tembok penahan tebing. “Kerusakan tidak hanya berlaku pada rumah, namun juga beberapa kolam ikan warga yang telah kering akibat airnya hilang melalui retakan,” katanya pada Selasa (2/9/2025).

Karena kondisi tersebut, puluhan warga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat. Mereka juga mulai mengevakuasi barang-barang berharga yang masih dapat diselamatkan. “Banyak rumah yang sudah tidak layak huni, sehingga warga harus meninggalkan tempat tinggal mereka untuk sementara,” tambahnya.

Salah satu korban, Udin (65), menceritakan bagaimana rumahnya retak parah di pagi hari. “Sekitar jam tiga subuh terdengar suara keras, dan ternyata dinding samping rumah sudah runtuh. Saya terpukul, tapi alhamdulillah, istri dan anak saya sudah mengungsi lebih dulu,” katanya sambil berkata-kata. Udin juga mengungkapkan bahwa tanda-tanda retakan sudah muncul beberapa pekan yang lalu, namun ukurannya masih kecil. Setelah hujan deras di hari Minggu, retakan tersebut semakin membesar dan merusak rumahnya. “Setiap kali hujan, retakan menjadi lebih luas. Akhirnya, rumah tidak lagi aman,” ungkapnya.

Meski kerugian material yang besar, beruntung tidak terjadi korban jiwa dalam kejadian ini. Saat ini, warga bersama aparat desa sedang membersihkan reruntuhan dan menata kembali lingkungan yang terdampak.

Jembar Adi Setia, Ketua Forum Koordinasi Tagana Kabupaten Tasikmalaya, menyatakan akan segera menurunkan tim untuk melakukan pendataan dan membantu evakuasi. Ia juga meminta warga untuk tetap waspada. “Kami meminta masyarakat untuk selalu berhati-hati karena kondisi alam sulit diprediksi,” ujarnya.

Dampak bencana tanah longsor atau retakan tanah seringkali terjadi di daerah dengan tanah yang longsor atau tidak stabil. Menurut studi terbaru, permasalahan ini umumnya disebabkan oleh faktor cuaca ekstrem, seperti hujan lebat atau banjir, yang mempengaruhi stabilitas tanah. Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan atau wilayah dengan struktur tanah yang rawan longsor.

Untuk mengurangi risiko kerusakan akibat retakan tanah, warga di daerah tersebut bisa mengambil langkah-langkah preventif seperti menguatkan struktur bangunan, menanam tumbuhan yang mampu menjaga stabilitas tanah, dan selalu memantau kondisi lingkungan sekitar. Pemerintah setempat juga perlu meningkatkan sistem peringatan dini dan edukasi kepada masyarakat tentang cara meminimalkan dampak bencana.

Belajarlah dari peristiwa ini untuk selalu siap menghadapi bencana, karena kebersamaan dan kejelian dalam menangani situasi darurat dapat menyelamatkan nyawa dan properti. Jaga lingkungan dengan bijak agar masa depan kita semua tetap terjaga dari ancaman bencana yang tidak terduga.

Baca juga Berita lainnya di News Page