Serangan udara dan tembakan meriam terus berlanjut di Gaza sejak Israel mendeklarasikan kota itu sebagai zona pertempuran. Di pinggiran kota dan kamp pengungsi Jabaliya, warga melaporkan melihat robot bomba yang digunakan untuk menghancurkan bangunan. Saeed Abu Elaish, seorang tenaga medis asli Gaza yang berlindung di bagian barat laut kota, mengatakan bahwa malam terakhir di Gaza sangat menakutkan.
Data dari rumah sakit lokal menunjukkan bahwa paling tidak 31 orang tewas dalam serangan Israel pada Senin (01/09), dengan lebih dari setengah korban merupakan wanita dan anak. Israel mengaku hanya menargetkan militan Hamas, namun menyalahkan kelompok ini karena beroperasi di kawasan padat penduduk, yang menyebabkan korban sipil.
Warga Gaza, banyak di antaranya yang sudah berpindah tempat berkali-kali akibat perang, kini menghadapi dua ancaman serius: pertempuran terus berlanjut dan kemungkinan kelaparan. Badan global yang berfokus pada krisis pangan menyatakan bahwa wilayah itu sedang mengalami hambatan makanan yang parah. Hal ini disebabkan oleh kekerasan yang terus berlanjut, blokade Israel, dan pengungsian massal yang berulang, yang juga memengaruhi produksi pangan.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 63.557 warga Palestina telah meninggal dalam konflik ini, dengan 160.660 lainnya terluka. Secara umum, setengah dari korban tewas adalah wanita dan anak. Meskipun Kementerian ini dipimpin oleh pemerintahan Hamas, stafnya terdiri dari profesional medis. Organisasi PBB dan banyak ahli independen menganggap data ini sebagai perkiraan yang paling akurat, meskipun Israel membantah angka tersebut namun belum memberikan laporan resmi mereka sendiri.
Pada 7 Oktober, militan Hamas membunuh 1.200 orang, sebagian besar sipil, dan menahancurkan 251 orang. Sekarang, 48 sandera masih di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup menurut Israel. Sisanya sudah dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata.
Organisasi profesional terbesar di dunia yang mempelajari genosida, International Association of Genocide Scholars, menyatakan bahwa Israel sedang melakukan genosida di Gaza. Israel menolak tuduhan ini dan mengaku telah berusaha menghindari korban sipil. Pemerintah Israel menganggap serangan Hamas sebagai genosida dan perang ini sebagai tindakan bela diri. Resolusi dari organisasi tersebut, dengan 86% suara menyetujui, menyatakan bahwa tindakan Israel memenuhi definisi hukum genosida.
Kementerian Luar Negeri Israel menolak pernyataan ini sebagai “aib bagi profesi hukum.” Pada Juli, dua kelompok hak asasi Israel, B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel, juga mengemukakan tuduhan serupa. Ini menjadi kali pertama organisasi Yahudi lokal mengemukakan tuduhan genosida terhadap Israel. Kelompok hak asasi internasional juga telah mengemukakan tuduhan yang sama.
Ribuan warga Israel berkumpul untuk pemakaman Idan Shtivi, salah satu sandera yang jenazahnya ditemukan dalam operasi militer minggu lalu. Pemakaman pribadi juga diadakan untuk Ilan Weiss, sandera lainnya. Beberapa peserta unjuk rasa mengecam pemerintah karena belum mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan sandera yang tersisa.
“Aku sangat marah karena tidak ada satu pun pejabat yang bisa berani berkata bahwa sudah cukup,” ujar Ami Dagan, salah satu peserta dari Rishon Letzion. “Ini sangat menyedihkan dan menakutkan, tidak ada kata yang bisa menggambarkan kemarahan kami terhadap sandera yang hilang, terhadap para korban, dan terhadap tentara yang dikirim ke Gaza tanpa tujuan yang jelas.”
Banyak warga Israel menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperpanjang perang untuk kepentingan politik pribadi. Unjuk rasa massal menuntut gencatan senjata dan pembebasan sandera terus meluas dalam beberapa minggu terakhir.
Armada kapal aktivis berangkat dari Barcelona beberapa jam setelah penundaan akibat cuaca buruk. Global Sumud Flotilla, terdiri dari sekitar 20 kapal dengan peserta dari 44 negara, sebelumnya berlayar namun kembali karena alasan keselamatan. Misi ini melibatkan aktivis iklim Greta Thunberg, yang juga ikut dalam armada sebelumnya yang dicegat Israel pada Juli.
Armada ini merupakan upaya terbesar untuk menembus blokade Israel di Gaza. Semua armada sebelumnya telah dicegat oleh pasukan Israel. Israel mengaku blokade diperlukan untuk mencegah senjata masuk ke Gaza, namun ada jalur lain untuk bantuan kemanusiaan. Namun, Israel telah membatasi pengiriman makanan ke Gaza utara selama serangan.
Krisis di Gaza terus menguji ketahanan warga sipil dan mendorong pertanyaan tentang tanggung jawab internasional dalam menghentikan kekerasan. Meskipun perdebatan tentang definisi genosida dan hukum pertempuran berlanjut, kesengsaraan yang dialami warga Palestina dan Israel tetap bersifat manusiawi. Perlu adanya solusi yang berlandaskan keberanian untuk memahami dan menghormati kehidupan setiap individu, tanpa mengabaikan keadilan dan kebenaran.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.