Amerika Serikat Mencuatkan 8 Kapal Perang dan 1.200 Rudal Melawan Venezuela

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, mengungkapkan bahwa delapan kapal perang Amerika Serikat (AS) yang persenjataan dengan 1.200 rudal sedang menimbulkan ancaman serius terhadap negaranya. Ia mengkritik kehadiran armada militer Amerika sebagai tindakan yang tidak berperasaan manusiawi dan bahkan berdarah. Menurut Maduro, kapal-kapal tersebut merupakan ancaman militer terbesar yang pernah dilihat di benua Amerika dalam satu abad terakhir.

AS telah mengaku memimpin sebuah operasi anti-narkoba di Karibia, tetapi Maduro menuduh bahwa langkah tersebut sebenarnya berisi niat yang lebih jauh. Dalam sebuah konferensi pers dengan media internasional di Caracas, Maduro menggarisbawahi bahwa dengan adanya delapan kapal perang, 1.200 rudal, dan sebuah kapal selam yang ditujukan kepada Venezuela, situasi ini mencapai tingkat ketakutan yang baru.

Keberadaan Maduro di kekuasaan, setelah memenangkan pemilu pada tahun 2018 dan 2024, tidak diakui oleh AS maupun sebagian besar negara di dunia. Ia menjelaskan bahwa Venezuela siap menghadapi tekanan militer yang berpuncak, dengan menyatakan kesiapan penuh untuk mempertahankan negara. Washington sempat meningkatkan imbalan penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta (setara Rp 820 miliar), namun belum adaancaman langsung akan invasi.

Sebagai tanggapan, Caracas merencanakan patroli di perairan teritorialnya dan memobilisasi lebih dari empat juta anggota milisi untuk menghadapi ancaman. Maduro juga mengungkapkan kesedihan atas putusnya komunikasi dengan AS dan menegaskan bahwa Venezuela tidak akan mengakhiri perlawanan terhadap tekanan atau ancaman. Dalam pertemuan dengan media, ia memperingatkan Presiden AS, Donald Trump, mengenai peran Menteri Luar Negeri Marco Rubio yang disebutnya ingin menyulut konflik melalui pembunuhan massal rakyat Venezuela.

Maduro mengungkapkan bahwa delapan kapal perang Amerika Serikat (AS) yang persenjataan dengan 1.200 rudal sedang menimbulkan ancaman serius terhadap negaranya. Ia mengkritik kehadiran armada militer Amerika sebagai tindakan yang tidak berperasaan manusiawi dan bahkan berdarah. Menurut Maduro, kapal-kapal tersebut merupakan ancaman militer terbesar yang pernah dilihat di benua Amerika dalam satu abad terakhir.

AS telah mengaku memimpin sebuah operasi anti-narkoba di Karibia, tetapi Maduro menuduh bahwa langkah tersebut sebenarnya berisi niat yang lebih jauh. Dalam sebuah konferensi pers dengan media internasional di Caracas, Maduro menggarisbawahi bahwa dengan adanya delapan kapal perang, 1.200 rudal, dan sebuah kapal selam yang ditujukan kepada Venezuela, situasi ini mencapai tingkat ketakutan yang baru.

Keberadaan Maduro di kekuasaan, setelah memenangkan pemilu pada tahun 2018 dan 2024, tidak diakui oleh AS maupun sebagian besar negara di dunia. Ia menjelaskan bahwa Venezuela siap menghadapi tekanan militer yang berpuncak, dengan menyatakan kesiapan penuh untuk mempertahankan negara. Washington sempat meningkatkan imbalan penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta (setara Rp 820 miliar), namun belum adaancaman langsung akan invasi.

Sebagai tanggapan, Caracas merencanakan patroli di perairan teritorialnya dan memobilisasi lebih dari empat juta anggota milisi untuk menghadapi ancaman. Maduro juga mengungkapkan kesedihan atas putusnya komunikasi dengan AS dan menegaskan bahwa Venezuela tidak akan mengakhiri perlawanan terhadap tekanan atau ancaman. Dalam pertemuan dengan media, ia memperingatkan Presiden AS, Donald Trump, mengenai peran Menteri Luar Negeri Marco Rubio yang disebutnya ingin menyulut konflik melalui pembunuhan massal rakyat Venezuela.

Ketegangan antara Venezuela dan Amerika Serikat terus meningkat, dengan Maduro mengklaim adanya ancaman militer yang serius dari armada AS. Namun, AS membantah dan menegaskan bahwa keberadaan kapal perang mereka adalah bagian dari operasi anti-narkoba. Situasi ini mengingatkan pada periode-periode sulit dalam sejarah Amerika Latin, di mana intervensi luar negeri sering menjadi sumber konflik. Venezuela, di bawah kepemimpinan Maduro, terus menunjukkan ketahanan dan keinginan untuk mempertahankan kedaulatannya, meskipun berada di bawah tekanan internasional yang besar.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan