Penyusup rombongan ojol membakar ban depan gedung DPRD Kota Tasikmalaya, 25 remaja diamankan polisi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Polisi Kota Tasikmalaya berhasil menangkap 25 remaja dan pemuda, termasuk beberapa siswa, pada hari Senin (1 September 2025). Mereka ditemukan bersembunyi dalam rombongan pengemudi ojek online yang diperkirakan akan melancarkan aksi kerusuhan.

Sumber menuturkan, pihak berwajib telah beberapa kali memindahkan kelompok remaja tersebut ke kantor Kepolisian. Beberapa di antaranya mengaku masih sebagai pelajar, sementara lainnya telah putus sekolah dan bekerja. Saat dihadapkan pada petugas, mereka menolak tuduhan akan merusak keramaian. Namun, beberapa individu ditemukan memegangi alat-alat seperti tongkat dan botol air mineral yang isinya minuman keras sisa.

Ternyata, beberapa di antara mereka melakukan aksi menggeber knalpot bising dekat kantor Kepolisian Kota Tasikmalaya. Meski mencoba melarikan diri, upaya tersebut gagal karena petugas berhasil mengejar dan menahannya.

AKBP M Faruk Rozi, Kepala Kepolisian Kota Tasikmalaya, menjelaskan bahwa kelompok tersebut berada di dalam rombongan pengemudi ojek online yang baru saja selesai doa bersama di kantor kepolisian. Dalam perjalanan pulang, sebagian dari mereka berhenti di depan gedung DPRD dan mencoba membakar ban. “Tiba-tiba ada penyusup yang berupaya melancarkan aksi pembakaran ban di depan DPRD,” kata dia.

Upaya tersebut segera digagalkan oleh petugas kepolisian dan pengemudi ojek. Polisi menegaskan bahwa mereka bukan bagian dari rombongan pengemudi yang sebelumnya melakukan doa bersama. “Dengan responsif, tim dari POB dan kepolisian dapat mencegah dan menahan tindakan itu,” tambahnya.

Dalam penyisiran lebih lanjut, terkait dengan kejadian di sekitar kantor DPRD, ditemukan beberapa pelajar yang berasal dari wilayah luar, termasuk Kabupaten Tasikmalaya. “Banyak temuan remaja sekolah yang tidak asal daerah itu,” ujarnya.

Saat ini, remaja-remaja tersebut masih dalam tahap penyidikan oleh Polres Tasikmalaya Kota. Petugas juga akan menyelidiki perangkat mereka, karena diduga mereka diprovokasi melalui platform media sosial untuk melakukan aksi anarkis dan kerusakan. “Kelompok ini tergabung dalam grup media sosial tertentu yang mengajak aksi anarkisme,” ungkapnya.

Menurut data terbaru, kasus seperti ini sering terjadi akibat provokasi melalui media sosial, khususnya di kalangan remaja. Penyebaran informasi yang tidak akurat dan ajakan aksi kerusuhan dapat mempengaruhi pembacanya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga keamanan dan membantu pihak berwajib dalam mencegah tindakan anarkis lainnya.

Salah satu studi kasus yang relevan mengungkapkan bahwa mayoritas pelaku kerusuhan remaja terpengaruh oleh narasi yang disebarkan di media sosial. Dengan demikian, peningkatan literasi digital dan pengawasan terhadap aktivitas online dapat menjadi solusi untuk mengurangi inciden sejenis.

Pelajaran yang dapat diambil dari insiden ini adalah pentingnya kolaborasi antara masyarakat, polisi, dan platform media untuk mencegah penyebaran informasi yang meradikalisasi. Keamanan masyarakat adalah tanggung jawab bersama, dan setiap individu berperan dalam mempertahankannya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan