Pelajar Sejumlah 11 Terlibat Unjuk Rasa, Kantor Dinas Pendidikan Cabang Ciamis Larang Siswa Mengikuti Demo

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Aksi demonstran yang berakhir dalam kerusakan di Gedung DPRD Kabupaten Ciamis pada malam Sabtu (30/8/2025) melibatkan pelajar tingkat SMA/SMK. Polres Ciamis telah menetapkan 16 tersangka dalam kasus ini, dengan 11 di antaranya adalah pelajar dan 5 lainnya adalah dewasa.

Dr Hj Widhy Kurniatun ST MSi, Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIII, mengonfirmasi bahwa pelajar tersebut terlibat dalam demonstrasi di gedung DPRD tersebut. Dalam wawancara dengan Radar pada hari Minggu (31/8/2025), dia menjelaskan bahwa siswa-siswi yang terlibat telah dipanggil orang tuanya dan mendapat dukungan dari sekolah.

Widhy menjelaskan bahwa insiden itu terjadi saat hari libur sekolah. Kepala sekolah telah melakukan koordinasi dengan koramil dan polsek setempat terkait siswa yang ditangkap di Polres Ciamis. Dia menegaskan bahwa seluruh siswa dilarang ikut serta dalam aksi demonstasi menurut arahan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, karena tugas utama mereka adalah untuk belajar.

Dalam upaya untuk mencegah insiden serupa di masa depan, Widhy menyatakan bahwa telah dilakukan rapat koordinasi dengan kepala sekolah negeri dan swasta serta pengawas sekolah. “Untuk Senin mendatang, kegiatan belajar akan berjalan seperti biasa sesuai dengan arahan Gubernur Jawa Barat,” ucapnya.

Sekolah juga diharapkan untuk lebih aktif dalam memberikan edukasi dan bekerja sama dengan orang tua dalam mengawasi anak-anak. “Kami harus terus memberikan edukasi kepada siswa serta melarang mereka ikut serta dalam aksi demonstasi,” katanya dengan tegas.

Muhammad Abdul Roji SE MPdI, Ketua Forum Kepala Sekolah SMA (FKSS) Swasta Wilayah XIII, menyampaikan pesan serupa. “Demo bukan tugas pelajar, tugas pelajar adalah belajar,” katanya. Roji juga mendorong sekolah swasta untuk lebih ketat dalam memantau aktivitas siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. “Sekolah harus memberikan peringatan kepada siswa untuk tidak ikut serta dalam kegiatan demonstasi,” tutupnya.

Data riset terbaru menunjukkan bahwa involusi pelajar dalam aksi demonstasi sering kali dipicu oleh kurangnya edukasi tentang hak dan tanggung jawab warga. Selain itu, adanya pengaruh sosial media juga memainkan peran besar dalam menggerakkan remaja untuk terlibat dalam kegiatan seperti ini. Analisis unik dan simplifikasi menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan yang lebih kuat dan dukungan keluarga adalah kunci untuk mencegah terlibatnya pelajar dalam aksi demonstasi.

Studi kasus di berbagai daerah menunjukkan bahwa sekolah yang berhasil menciptakan budaya demokratis dan kritis melalui diskusi terbuka dengan siswa lebih jarang mengalami masalah seperti ini. Infografis yang relevan dapat membantu visualisasi data ini, seperti grafik yang menunjukkan korelasi antara tingkat pendidikan politik dan tingkat partisipasi pelajar dalam aksi demonstasi.

Ketika berbicara tentang isu ini, penting untuk diingat bahwa pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai yang kuat. Siswa harus dipandang sebagai generasi masa depan yang diberi kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Jangan biarkan insiden kecil seperti ini menutupi potensi besar yang dimiliki oleh generasi muda ini. Mari bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah dengan mendorong pendidikan yang berkelanjutan dan dukungan yang kuat dari semua pihak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan