Improvisasi Ekspor Sawit dan Semikonduktor Meningkatkan Surplus Dagang RI Sebesar US$ 4,17 Miliar

Pada bulan Juli 2025, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 4,17 miliar. Hal ini membuat negara ini telah mengalami surplus selama 63 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Data tersebut diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam wawancara virtual yang disiarkan pada Senin (1/9/2025), Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa nilai ekspor dari Januari hingga Juli 2025 mencapai US$ 160,16 miliar, menunjukkan kenaikan sebesar 8,03% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor migas tercatat sebesar US$ 7,97 miliar (menurun 14,56%), sementara ekspor nonmigas sempat naik 9,55% menjadi US$ 152,20 miliar.

Peningkatan ekspor nonmigas terutama didukung oleh sektor industri pengolahan, khususnya produk minyak kelapa sawit, barang perhiasan, serta semikonduktor dan komponen elektronik. Pada Juli 2025 sendiri, nilai ekspor mencapai US$ 24,75 miliar, naik 9,86% dibanding Juli 2024. Kenaikan paling signifikan terjadi pada lemak dan minyak nabati (naik 82,72%), mesin dan peralatan mekanis (naik 69,02%), serta logam mulia dan perhiasan (naik 47,41%).

Sementara itu, impor dari Januari hingga Juli 2025 mencapai US$ 136,51 miliar, naik 3,41% dibandingkan tahun sebelumnya. Impor migas senilai US$ 18,38 miliar (menurun 14,79%), sementara impor nonmigas naik 6,97% menjadi US$ 118,13 miliar. Pudji menjelaskan bahwa kenaikan impor terutama disebabkan oleh barang modal sebesar US$ 27,38 miliar atau naik 20,56%. Beberapa komoditas penyumbang kenaikan impor meliputi mesin mekanis, perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagian-bagiannya.

Pada Juli 2025, neraca perdagangan nonmigas berhasil mencatat surplus US$ 5,75 miliar, didukung oleh lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja. Namun, neraca migas masih mengalami defisit sebesar US$ 1,58 miliar karena impor minyak mentah dan hasil minyak yang tinggi.

Data terkini menunjukkan bahwa Indonesia terus mempertahankan posisi surplus dalam perdagangan internasional, dengan kenaikan yang signifikan pada ekspor nonmigas. Hal ini menunjukkan daya saing industri domestik dalam memenuhi permintaan pasar global. Meskipun impor masih meningkat, terutama pada barang modal, tata kelola yang tepat dapat membantu memastikan pertumbuhan ekonomi yang seimbang.

Indonesia terus menunjukkan resiliensi dalam sektor perdagangan, dengan ekspor yang berkembang pesat dan industri pengolahan yang semakin kuat. Perkembangan ini memungkinkan negara untuk mengembangkan pasar ekspor dan memperkuat posisi ekonomi globalnya. Dengan begitu, prospek ekonomi Indonesia terus terlihat menjanjikan, surtout dengan diversifikasi yang lebih baik dalam ekspor.

Peningkatan ekspor dan impor ini juga mempengaruhi berbagai sektor industri, termasuk industri pemrosesan, manufaktur, dan teknologi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan negara tetapi juga mendorong inovasi dan pengembangan teknologi dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia dapat terus mengembangkan ekonomi yang lebih kuat dan berdaya saing di tingkat global.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page