Sarjana Ilmu Komputer di Amerika Serikat Makin Sulit Mendapatkan Pekerjaan oleh Dampak Teknologi Kecerdasan Buatan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pasar pekerjaan di Amerika Serikat saat ini menghadapi kendala signifikan yang terkait dengan perkembangan teknologi. Saat ini, mencari pekerjaan di bidang software development bukanlah hal yang mudah.

Abraham Rubio, misalnya, telah mengirimkan 20 lamaran sejak lulus, namun belum menerima tawaran kerja yang manja. Ia mengakui sering membuka LinkedIn setiap hari untuk mencari kesempatan kerja, tetapi hasilnya tidak ada yang berarti.

“Setiap hari kebanyakan waktu saya habiskan di LinkedIn, hanya untuk mencari peluang yang mungkin ada,” ujarnya, menambahkan bahwa sebagian besar perusahaan tidak memberikan respons, seperti dilansir dari CNN, Minggu (31/8/2025).

Sejak kecil, Abraham Rubio sudah bermimpi menjadi software engineer. Ia senang bereksperimen dengan mods atau modifikasi di permainan Minecraft, yang dapat mengubah karakter dan fitur permainan.

Tidak lama kemudian, ia ingin menciptakan modifikasi sendiri. Hal ini membangkitkan semangatnya untuk belajar coding di Bloomfield College of Montclair State University, New Jersey, dan ia lulus di bulan Mei yang lalu dengan gelar dalam ilmu komputer dan pemrograman game.

Dulu, ketika Silicon Valley sedang berkembang pesat dan perusahaan bersaing untuk investasi teknologi, gelar dalam ilmu komputer atau sertifikat dari coding bootcamp dianggap sebagai tiket emas untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil dengan gaji tinggi di industri yang dinamis.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, persaingan untuk lowongan kerja menjadi semakin ketat. Laporan Oxford Economics pada Mei menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan bagi lulusan baru di bidang ilmu komputer dan matematika telah menurun 8% sejak 2022.

Sementara itu, data dari Indeed yang dirilis oleh Bank Sentral St. Louis menunjukkan bahwa iklan lowongan di bidang software development telah turun 71% dari Februari 2022 hingga Agustus 2025. Di sisi lain, perkembangan kecerdasan buatan (AI) membuat banyak lulusan baru merasa ini saat yang ideal untuk memasuki industri.

Namun, AI juga digunakan oleh perusahaan untuk mengotomatisasi sebagian proses pembuatan software, sehingga mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia, terutama di tingkat awal karier.

Meskipun nilai perusahaan teknologi besar terus naik, banyak di antaranya justru melakukan pemotongan tenaga kerja untuk mencapai target dengan tim yang lebih efisien. Tren ini semakin terlihat seiring dengan perkembangan AI.

Microsoft, misalnya, bulan lalu menjadi perusahaan kedua yang mencapai valuasi US$ 4 triliun, beberapa pekan setelah mengumumkan pengurangan tenaga kerja sebesar 9.000 karyawan dalam putaran ketiga dalam beberapa bulan terakhir. CEO Satya Nadella juga mengaku pada April lalu bahwa hingga 30% kode Microsoft sekarang ditulis oleh AI.

“Karier di dunia teknologi masih menyenangkan, tetapi situasi pasar kerja saat ini membuatnya sulit untuk mendapatkan posisi,” kata Julio Rodriguez, lulusan Elms College di Massachusetts tahun lalu.

Ia membutuhkan lebih dari 150 lamaran sebelum akhirnya diterima sebagai data engineer di musim panas ini. “Dan bahkan setelah diterima, masih ada ketakutan melihat banyaknya gelombang pemutusan kerja di berbagai perusahaan,” tambahnya.

Terbaru, sebuah studi menunjukkan bahwa pemasangan lowongan kerja di bidang teknologi telah mengalami penurunan signifikan di Eropa, terutama di sektor software development. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk pengembangan AI yang memungkinkan otomatisasi tugas-tugas tertentu. Selain itu, perusahaan mulai lebih selektif dalam memilih kandidat, memfokuskan pada keahlian spesifik dan pengalaman yang lebih lengkap.

Sementara itu, tren lay off di industri teknologi terus berlanjut, meskipun beberapa perusahaan mulai mengevaluasi kembali strategi mereka. Beberapa perusahaan mulai melihat bahwa investasi dalam AI mungkin tidak selalu mengurangi jumlah pekerjaan, tetapi bisa juga menciptakan pekerjaan baru yang memerlukan kemampuan adaptasi yang lebih tinggi. Ini menunjukkan bahwa meskipun tantangan ada, ada juga peluang baru yang muncul dalam dinamisnya industri teknologi.

Dalam menghadapi situasi ini, para profesional teknologi direkomendasikan untuk terus membangun kemampuan mereka, khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan AI dan otomatisasi. Dengan demikian, mereka bisa tetap relevan dan bersaing di pasar kerja yang terus berubah.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan