Presiden Iran Menegaskan Tidak Ingin Perang, Tetapi Siap Bertempur Jika Diserang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengaku bahwa negaranya tidak gentar dengan ancaman perang, tetapi tetap tidak menginginkan konflik. Jika Israel dan Amerika Serikat melancarkan serangan, Pezeshkian berjanji bahwa Iran akan bertempur dengan kekuatan maksimum. Dalam wawancara televisi yang disiarkan pada Jumat (29/8), ia menuduh bahwa kedua negara tersebut berusaha memecah belah dan menghancurkan Iran. Namun, Pezeshkian menegaskan bahwa rakyat Iran tidak memerlukan perang.

Sejak awal revolusi, musuh-musuh Iran sudah berupaya melakukan pembunuhan, kudeta, dan upaya untuk memecah belah negara. Namun, Pezeshkian menggaris bawahi bahwa Iran tetap berdiri teguh menghadapi ancaman tersebut. “Kami tidak bersedia terlibat perang, namun kita juga tidak takut terhadapnya,” ujarnya tegas. Pernyataan ini datang saat ketegangan regional semakin memburuk, terutama setelah perang selama 12 hari antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni tahun ini. Serangan Israel terhadap fasilitas nuklir, militer, dan kawasan permukiman di Iran menewaskan lebih dari seribu orang, termasuk komandan senior dan ilmuwan nuklir.

Sementara itu, Teheran membalas dengan meluncurkan seri serangan rudal dan drone yang menewaskan puluhan warga di Israel. Amerika Serikat, yang turut menghancurkan beberapa situs nuklir Iran selama konflik, berhasil memediasi penghentian pertempuran pada 24 Juni. Namun, hingga saat ini, tidak ada kesepakatan gencatan senjata yang resmi antara kedua belah pihak. Pejabat Iran terus memberikan peringatan bahwa pertempuran baru bisa meletus kapan saja. Mereka juga mengungkapkan bahwa Teheran tidak ingin perang, tetapi tetap siap menghadapi setiap tantangan. Wakil Presiden Pertama Mohammad Reza Aref, seminggu yang lalu, mengaku bahwa Iran harus selalu dalam keadaaan siaga. “Kita tidak berada dalam gencatan senjata; kita berada dalam penghentian permusuhan,” ujarnya.

Ketegangan antara Iran dan Israel terus menambah ketidakpastian di kawasan Timur Tengah. Keadaan ini membutuhkan diplomasi yang matang untuk mencegah eskalasi yang lebih besar. Di tengah situasi yang rumit ini, penting bagi kedua belah pihak untuk mengelola dan mengurangi ketegangan agar terjadi perdamaian yang berkelanjutan. Setiap langkah yang diambil kini harus dipertimbangkan dengan cermat untuk menghindari konflik yang lebih besar.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan