Pengembangan Waralaba Asing di Indonesia Lebih Pesat dari Lokal

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan bahwa waralaba asing lebih memperoleh perhatian publik dibandingkan dengan waralaba lokal. Namun, ia menegaskan bahwa waralaba lokal masih lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan waralaba asing. “Sesuai data yang ada, waralaba lokal lebih banyak, tetapi saat bicara tentang pengusaha, waralaba asing lebih sering menjadi topik pembicaraan,” kata Budi dalam acara pembukaan International Franchise, Licence, and Business Concept Expo and Conference (IFRA) 2025 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2025).

Pemerintah terus mendorong ekspansi merek Indonesia ke luar negeri melalui kerja sama antar kementerian. Kementerian Perdagangan, Kementerian BUMN, Kementerian Pariwisata, Kementerian UMKM, dan Kementerian Ekonomi Kreatif bekerja sama untuk mempromosikan restoran, produk kuliner, serta budaya Indonesia di berbagai negara. Beberapa waralaba lokal sudah merambah ke Filipina dan Bangladesh, serta ada peluang bagi pelaku bisnis untuk menjadi perwakilan dagang Indonesia di luar negeri.

Budi juga mengajak para pengusaha untuk memanfaatkan program magang di kantor ITPC di luar negeri. “Untuk waralaba yang ingin melakukan survei atau mencari pasar di luar negeri, kami dapat memberikan kesempatan untuk magang di kantor ITPC,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga meluncurkan program business matching sejak Januari 2025, yang telah menghasilkan transaksi sebesar Rp 1,4 triliun. Program ini menghubungkan UMKM dengan calon pembeli dari luar negeri baik secara online maupun melalui perwakilan dagang. “Transaksi dari Januari hingga Juni 2025 sudah mencapai US$ 90,04 juta atau setara Rp 1,4 triliun, dan 70% di antaranya adalah UMKM yang belum pernah ekspor,” terang Budi.

Budi menambahkan bahwa bisnis waralaba menjadi pilihan yang baik bagi pengusaha baru karena model bisnis dan manajemen yang sudah jelas. Hal ini membuat pengusaha tidak perlu membuat ide dari nol dan biaya operasi lebih murah. “Persyaratan untuk menjadi waralaba tetap sama, jadi jangan ragu-ragu bagi entrepreneur muda yang ingin berbisnis,” imbuhnya.

Sebelumnya, Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menyampaikan bahwa pasar domestik masih didominasi oleh waralaba asing. Ketua AFI Anang Sukandar mengakui hal ini berdasarkan observasinya di pusat perbelanjaan. Waralaba asing seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, hingga Italia sering ditemukan, sementara waralaba lokal hanya sekitar 120-130.

“Pasar domestik kami masih dikontrol oleh waralaba asing. Waralaba lokal kami hanya sekitar 120-130, padahal yang asing masih lebih banyak,” kata Anang dalam konferensi pers di JCC Senayan, Jakarta Pusat. Ia menyoroti bahwa di pusat perbelanjaan seperti Gancit dan Gandaria City, waralaba asing dominan, sementara waralaba lokal seperti Remboelan hanya sedikit. “Mengapa tidak 80% di antaranya bisa produk Indonesia dari Aceh hingga Manado?” tanya Anang.

Bisnis waralaba memberikan peluang besar bagi pengusaha muda untuk berkembang. Dengan model bisnis yang jelas dan biaya operasi yang terjangkau, para entrepreneur dapat lebih mudah memulai usaha. Pemerintah telah menunjukan komitmennya untuk mendukung ekspansi merek lokal ke luar negeri, serta memberikan peluang bagi UMKM untuk bertransaksi internasional. Dengan dukungan yang tepat dan strategi promosi yang baik, waralaba lokal bisa bersaing dengan waralaba asing dan memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan