Panduan Lengkap Efek dan Penanganan Darurat Gas Air Mata

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gas air mata sering digunakan sebagai salah satu alat untuk mengendali kerumunan saat terjadi bentrokan. Efek yang ditimbulkannya biasanya menyebabkan mata merasa sakit, kesulitan bernafas, dan rasa tidak nyaman bagi mereka yang terpapar.

Profesor Farmasi dari Universitas Gadjah Mada, Prof Zullies Ikawati, menjelaskan bahwa gas air mata, seperti CS-orto-kloro benzilidin malononitrile, memiliki sifat iritan. Zat ini bekerja dengan mengaktifkan reseptor nyeri dan iritasi pada kulit, mata, serta saluran pernapasan. Menurutnya, senyawa ini memiliki sifat asam lemah yang dapat menyebabkan perih dan kesulitan bernafas.

Efek gas air mata tidak langsung terasa saat pertama kali terpapar. Terlepas dari reaksi langsung dengan permukaan mata, gas ini akan menyebabkan gejala sesaat setelah masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan atau bereaksi dengan kelenjar air mata.

Selain mengganggu mata, gas air mata juga berdampak negatif pada sistem pernapasan. Spesialis paru, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP, menyatakan bahwa paparan gas ini dapat mengiritasi saluran pernapasan. Tingkat keparahan gejalanya bergantung pada jumlah paparan dan jarak dari sumber gas. Gejala akut yang mungkin timbul meliputi rasa dada berat, batuk berkepanjangan, tenggorokan terasa tersedak, dan sesak napas. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi respiratory distres, terutama bagi mereka dengan riwayat asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Ketika terkena gas air mata, langkah pertama adalah segera pindah ke tempat dengan udara segar untuk mengurangi paparan. dr Wisnu Pramudito D Pusponegoro, SpB dari Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia, menyarankan mencuci area terpapar dengan air bersih. Ini membantu melarutkan zat aktif gas air mata, mencegah iritasi lebih lanjut. Jangan menggosok mata jika sakit, dan hindari penggunaan sabun atau cairan lain selain air mengalir.

Pada kulit, paparan gas air mata dapat menyebabkan iritasi dan perih. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan termasuk mencuci dengan air bersih atau menggunakan saline. Shampo bayi juga bisa digunakan, tetapi hanya untuk kulit, bukan mata. Lidokain topikal hanya memberikan anestesi sementara tanpa menetralkan senyawa kimia. Penggunaan obat sistemik seperti antihistamin, steroid, dan bronkodilator juga dapat diperlukan jika ada komplikasi, dengan pengawasan medis.

Ada juga metode alternatif seperti campuran antasida dan air dingin untuk meredakan kulit perih. Prof Zullies menjelaskan bahwa larutan basa encer ini dapat menurunkan sensasi panas dan peradangan lokal, serta memberikan efek menyejukkan. Namun, bukti klinis tentang keberhasilan metode ini masih terbatas.

Bagi Anda yang pernah mengalami paparan gas air mata, ingatlah bahwa langkah cepat dan tepat sangat penting. Segera carikan udara segar, cuci area terpapar, dan hindari tindakan yang bisa memburukkan iritasi. Jaga kesehatan pernapasan Anda dengan baik, terutama jika memiliki riwayat penyakit paru. Ketika gejala parah, segera konsultasikan dengan ahli medis untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan