Saham BCA Naik Ditopang Investasi Asing

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) meraih foreign net buy sebesar Rp 145,5 miliar pada perdagangan Kamis (28/8/2025), mendukung performa IHSG. Hal ini membangkitkan harapan bahwa saham BBCA akan mengalami rebound di tengah kondisi ekonomi yang telah mengalahkan tantangan.

Dalam semester pertama tahun ini, bank tersebut mencatat laba bersih sebesar Rp 29 triliun, naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai ini hampir setengah dari proyeksi tahunan yang ditetapkan oleh analis keuangan.

Kinerja ini didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 12,9% per tahun, dengan kontribusi terbesar berasal dari segmen korporasi yang tumbuh 16%, diikuti oleh komersial 13%, dan UMKM dengan 11%. Net Interest Margin (NIM) tetap stabil pada 5,8%, sementara rasio dana murah (CASA) naik menjadi 83%, memperkuat posisinya dalam likuiditas dana murah.

James Stanley Widjaja dari Buana Capital mengamati bahwa kekuatan dana murah tetap menjadi dasar utama BBCA. Bank ini menjaga loan to deposit ratio (LDR) pada tingkat 78%, memastikan likuiditas yang memadai untuk mengembangkan peluang di semester kedua tahun 2025. Biaya dana (CoF) juga tetap rendah pada 1,1%.

“Kami tetap menjaga rekomendasi BUY dengan target harga Rp 11.150, yang memberikan potensi kenaikan sebesar 33%. Dasar bank tetap kokoh meskipun ada tekanan pada kualitas aset, dan kami melihat peluang pertumbuhan kredit 6-8% masih dapat direalisasikan,” tutur James dalam pernyataan tertulis, Jumat (29/8/2025).

Analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, juga setuju dengan pandangan tersebut. Ia menyebutkan bahwa kinerja BBCA pada semester pertama 2025 cukup solid, dengan NIM tetap pada 5,8% dan biaya operasional terkontrol. Ciptadana mempertahankan rekomendasi Buy untuk saham BBCA dengan target harga Rp 11.600 per lembar.

“Kami melihat BBCA tetap menjadi salah satu saham pilihan utama, berkat profil laba yang kuat, kualitas aset yang terjaga, serta posisinya sebagai pemimpin pendanaan di industri. Semua faktor ini membuat BBCA dalam posisi yang kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global,” jelas Erni.

OCBC Sekuritas dalam riset terbarunya juga menyoroti empat faktor yang menjadikan saham BBCA menarik. Pertama, pertumbuhan kredit yang kuat, didukung oleh kebijakan moneter yang lebih fleksibel, peningkatan belanja pemerintah, dan pemulihan pertumbuhan ekonomi. Kedua, likuiditas dan permodalan yang kuat untuk menopang permintaan kredit yang semakin tinggi.

Ketiga, prinsip penyaluran kredit yang pruden, seperti terlihat dari Loan at Risk (LAR) yang relatif rendah dan coverage ratio yang baik, menjadikan BBCA sebagai pilihan utama untuk menghadapi potensi guncangan. Keempat, pendapatan berbasis komisi yang naik, efisiensi yang meningkat, serta penguatan CASA melalui pengembangan perbankan digital.

“Kami tetap mempertahankan rekomendasi BUY dengan target harga Rp 11.000 per lembar, dengan asumsi ROE 20,7% dan cost of equity 9,8%,” kata analis OCBC Sekuritas, Budi Rustanto.

Handy Noverdanius dari CGS Internasional juga menyatakan bahwa prospek beli pada saham BBCA masih kuat. Ia mengamati bahwa BBCA tetap konsisten sebagai bank transaksi dengan biaya CASA terendah.

“Peluang belanja pemerintah di paruh kedua tahun ini bisa menjadi katalis pertumbuhan kredit,” ujar Handy.

Dengan valuasi saat ini pada kisaran 3,6-3,8x PBV 2025F, BBCA diperdagangkan di bawah rata-rata historisnya yang melebihi 4x. Sejarah menunjukkan bahwa setiap kali saham berada di area ini, biasanya terjadi rebound teknis. Mayoritas analis merasa ini adalah moment yang cocok untuk masuk.

Selain itu, investor juga menanti pembayaran dividen interim pada akhir tahun ini serta dividen final tahun depan, dengan yield yang diperkirakan stabil pada 3,5-4% per tahun. Likuiditas kokoh dengan CAR di atas 28% memberikan ruang tambahan untuk peningkatan dividen.

Meski ada risiko kualitas aset yang perlu diperhatikan, secara keseluruhan, konsensus analis masih menempatkan BBCA sebagai salah satu pilihan utama di sektor perbankan Indonesia. Kombinasi valuasi yang relatif terjangkau, prospek capital gain hingga 40% lebih, serta potensi dividen tetap menjadikan saham ini berpotensi untuk rebound dari level saat ini.

Saham BBCA telah menarik perhatian para investor dengan performa yang konsisten dan strategi yang matang. Dengan likuiditas yang kuat dan potensi pertumbuhan yang jelas, bank ini terus menjadi pilihan yang menarik dalam kondisi pasar yang belum stabil.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan