Tren penggunaan kamera pada smartphone mengalami perubahan signifikan. Produsen kini lebih memfokuskan diri pada kualitas sensor dan teknologi pendukung, bukan hanya jumlah lensa.
Data terbaru dari Omdia menunjukkan, pada kuartal kedua 2025, jumlah rata-rata kamera di setiap handphone yang dipasarkan menurun menjadi 3,19 dari 3,37 tahun sebelumnya. Hal ini terjadi konsisten sejak puncaknya tiga tahun yang lalu.
Perubahan ini terutama tercermin pada kamera belakang, sementara kamera depan masih tetap stabil. Konfigurasi dual kamera kini mendominasi 41% pangsa pasar, diikuti triple kamera dengan 36%, dan single kamera yang naik menjadi 21%. Kebangkitan single kamera dipicu oleh hadirnya model seperti iPhone 16e.
Perubahan ini menandakan evolusi besar dalam industri, di mana kualitas kini lebih prioritas daripada jumlah kamera. Data Omdia juga mengungkap, sensor 50MP kini mendominasi 58% total pengiriman, sementara sensor di atas 100MP mulai menguasai 9% pasar. Sensor bawah 15MP turun drastis menjadi 12%.
Lima tahun yang lalu, masih banyak ponsel yang menggunakan sensor rendah. Saat ini, satu sensor berkualitas tinggi dapat menggantikan beberapa sensor lemah, seperti yang terlihat pada perangkat utama berbagai brand. Kualitas foto kini lebih tergantung pada teknologi seperti HDR canggih, zoom in-sensor, dan fotografi low-light berbasis AI.
Ruang kamera menjadi hal yang premium di perangkat modern, sehingga efisiensi dalam hardware menjadi kebutuhan baru. Industri smartphone pernah mengalami masa ketika produsen bersaing memasukkan banyak kamera ke dalam handset. Pada tahap tertentu, empat lensa di belakang handset bukan hal yang aneh, dan tren ini terlihat akan terus berlanjut.
Perubahan tren ini tidak tiba-tiba. Dalam beberapa tahun terakhir, merek mulai bereksperimen dengan pendekatan berbeda. Beberapa mempertahankan multiple lensa dengan fungsi spesifik, sementara yang lain berinvestasi pada satu sensor utama yang powerful.
Teknologi computational photography memainkan peran penting. Dengan algoritma AI yang semakin canggih, satu sensor berkualitas bisa menghasilkan hasil yang sebelumnya membutuhkan multiple lensa. Fitur seperti portrait mode, night photography, dan zoom digital kini dapat dioptimalkan melalui software.
Kualitas kamera smartphone tidak hanya bergantung pada hardware. Kerja sama antara merek ponsel dan perusahaan fotografi ternama semakin intensif, menghasilkan tuning warna dan pemrosesan gambar yang lebih baik.
Bagi konsumen, perubahan ini membawa manfaat. Smartphone dengan kamera sederhana cenderung lebih terjangkau, namun tetap menawarkan kualitas foto yang memadai. Bagi mereka yang peduli dengan perawatan kamera, sistem sederhana berarti lebih sedikit komponen untuk dirawat.
Di segmen entry level, tren ini lebih terasa. Ponsel dengan single kamera kini tidak lagi dianggap rendah, terutama dengan dukungan AI canggih. Hal ini mengubah ekspektasi terhadap hasil foto smartphone entry level, yang kini bisa menghasilkan gambar layak untuk media sosial dan dokumentasi sehari-hari.
Masa depan teknologi kamera smartphone diprediksi akan lebih fokus pada integrasi AI, computational photography, dan optimasi hardware-software. Jumlah lensa tidak lagi menjadi indikator utama kualitas, melainkan bagaimana seluruh sistem bekerja sinkron untuk menghasilkan gambar terbaik.
Smartphone kini lebih bijak dalam mengoptimalkan kamera. Pengguna dapat menikmati kualitas foto yang lebih baik tanpa harus memiliki banyak lensa. Ini mempersempit perbedaan antara produk premium dan entry level, membuat fotografi dengan smartphone lebih aksesibel untuk semua kalangan.
Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Penulis Berpengalaman 5 tahun.