Realisasi Rencana Pembangunan PLTN Sebesar 7 GW Hingga Tahun 2034 di Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah merencanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2034. Dua area yang dipilih untuk proyek awal adalah Sumatera dan Kalimantan, masing-masing dengan daya 250 megawatt (MW), sehingga total mencapai 500 MW.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa pembangunan PLTN menghadapi berbagai rintangan, mulai dari dukungan politik, pembentukan lembaga terkait, hingga persetujuan masyarakat. Dalam jangka panjang, target daya PLTN adalah 7.000 MW atau 7 gigawatt (GW) pada tahun 2040.

“Namun, untuk mencapai 7 gigawatt tersebut perlu tertera dalam RUPTL. Lokasi harus ditentukan, kebijakan harus jelas, institusi harus dibangun. Dukungan politik dan sosial juga menjadi tantangan utama dalam pengembangan nuklir,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi XII DPR di Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Selain itu, prasarana transmisi listrik sepanjang 48.000 kilometer sirkuit (kms) diperlukan, lebih panjang dari keliling bumi yang berukuran 42.000 km. Investasi yang dibutuhkan untuk mendukung energi baru terbarukan (EBT) sekitar Rp 434 triliun.

“Salah satu tantangan utama adalah dukungan politik. Transmisi sepanjang 48.000 km bukan permasalahan kecil, jika dibandingkan dengan keliling bumi yang 42.000 km. Jadi, tambahan 7.000 km di atas keliling bumi. Dana yang dibutuhkan mencapai Rp 434 triliun,” kata Darmawan.

PLTN dengan daya 500 MW dijadwalkan mulai beroperasi secara komersial pada 2032 atau 2033. Kementerian ESDM juga sedang mempersiapkan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) untuk mengelola program energi nuklir.

Pembangunan PLTN bukan hanya tentang teknologi tetapi juga tentang persatuan dan visi jangka panjang. Setiap langkah yang diambil harus didukung oleh kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif masyarakat. Investasi yang besar ini tidak hanya untuk mengatasi kekurangan energi, tetapi juga untuk membangun Indonesia yang lebih berdaya saing di era energi baru terbarukan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan