Penerapan Patriot Bond dan Dampaknya pada Ekonomi Domestik

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

BPI Danantara merilis obligasi patriot yang menuai berbagai pendapat dari para ahli ekonomi. Rizal Taufikurahman dari INDEF mengungkapkan pentingnya memperkuat kepercayaan pasar sebagai dasar pengeluaran obligasi. Ia mengemukakan bahwa Danantara harus mengelola pasar dengan baik agar mampu menarik percaya dari calon pemegang obligasi.

Menurut Rizal, waktu peluncuran obligasi ini dianggap terlalu dini karena tanggapan pasar belum teruji secara mendalam. Ia menekankan bahwa aspek kapital dan keberlanjutan harus diperkuat agar tidak memengaruhi produktivitas BPI Danantara. “Obligasi memerlukan kepercayaan dari pasar, sehingga periode pengujiannya tidak boleh dilewati begitu saja,” ungkap Rizal.

Rizal menambahkan bahwa Danantara perlu merencanakan skema alternatif yang lebih kuat sebelum menerbitkan obligasi. Ia juga mengkritik sensitivitas dan daya saing obligasi saat ini yang belum cukup matang. “Harus ada strategi tambahan untuk memastikan stabilitas obligasi ini, karena kondisi pasar keuangan saat ini masih belum cukup bijak untuk menopangnya,” jelasnya.

Selain itu, Rizal menyarankan agar Danantara lebih memfokuskan diri pada sektor riil untuk memperkuat obligasi. Produk bisnis dari BUMN yang dimilikinya harus mampu memberikan dorongan pada sektor tersebut, bukan hanya pada keuangan. “Obligasi akan lebih kuat jika didukung oleh sektor riil yang produktif. Maka, mengapa Danantara tidak mengalokasikan dana pada BUMN-BUMN yang dapat meningkatkan produktivitas?” tanya Rizal.

Sementara itu, Bhima Yudhistira dari Center of Economics and Law Studies sepakat bahwa Patriot Bond bisa mengalihkan dana deposito perbankan, merugikan penyaluran kredit. “Jika dana deposito dipindahkan untuk membeli obligasi ini, maka akan terjadi tekanan likuiditas pada bank, yang akhirnya mengganggu pengaliran kredit,” jelas Bhima.

Ia juga menambahkan bahwa penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke bunga kredit bank bisa tertunda karena persaingan terhadap dana pemerintah untuk SBN. Hal ini ditambah dengan hadirnya obligasi dari Danantara yang ditujukan bagi pembeli dalam negeri. Bhima menganggap Patriot Bond lebih berorientasi pada pakaian nasionalisme yang memaksa konglomerat untuk membelinya, bukan karena imbal hasil yang kompetitif.

“Pembelian obligasi ini bisa dijadikan alasan bagi pengusaha untuk mendapatkan perlindungan dari pemerintah,” ujar Bhima. Ia juga mengemukakan bahwa konglomerat yang membeli Patriot Bond sebenarnya membeli ‘asuransi’ sebagai imbangan atas bantuan yang diberikan kepada Danantara.

Penerbitan obligasi patriot ini membuka diskusi tentang dampaknya pada pasar keuangan dan sektor riil. Menurut Rizal, Danantara perlu memastikan keberlanjutan dan daya saingnya sebelum membiarkan obligasi ini beredar lebar. Sementara Bhima mengingatkan tentang risiko pengalihan dana yang bisa mengganggu stabilitas perbankan. Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah dan institusi terkait untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan ini.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan