Pertamina Siapkan Pemasaran Bahan Bakar Minyak dari Minyak Jelantah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pelita Air mulai menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk penerbangan rute Jakarta-Denpasar dan sebaliknya, dimulai pada 20 Agustus tahun ini. SAF ini diproduksi dari minyak jelantah yang dikumpulkan melalui ucollect box, tempat masyarakat bisa menyetorkan limbah minyak tersebut dan mendapatkan saldo rupiah sebagai imbalan. Kilang Pertamina RU IV Cilacap saat ini menjadi tempat produksi SAF ini, dengan Pertamina sedang menjajaki penjualan produk ke maskapai penerbangan domestik dan internasional.

Mochamad Iriawan, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero), menyatakan bahwa beberapa maskapai penerbangan telah menjalin komunikasi dengan Pelita Air untuk menggunakan SAF. Ia berharap maskapai seperti Garuda Indonesia dan lainnya akan ikut memanfaatkan bahan bakar ini. Penerbangan perdana yang menggunakan SAF telah sukses dilaksanakan dengan aman dan lancar. Iriawan juga mengaku, SAF yang diproduksi Pertamina adalah yang pertama di Asia Tenggara, dan harganya dianggap kompetitif di pasar global.

Produksi SAF di Kilang Pertamina RU IV Cilacap memiliki kapasitas terbesar di Indonesia, mencapai 8.700 barel per hari. Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina, mengungkapkan bahwa minyak jelantah yang dikutarkan masyarakat masih menjadi sumber utama produksi SAF, dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per liter. Pertamina juga berencana untuk memasarkan SAF ke pasar ekspor, dengan Kilang Cilacap dipilih karena kesiapannya teknis dan lokasinya dekat dengan bandara internasional.

Kilang Pertamina RU IV Cilacap merupakan unit pengolahan terbesar di Indonesia, dengan Nelson Complexity Index (NCI) 7,4% dan menjadi produsen avtur utama nasional. Kilang ini berkontribusi 33,2% produksi total Pertamina, setara 348 MBPOD, dengan dukungan dari lebih dari 1.384 pekerja dan 945 tenaga kerja jasa penunjang.

Inovasi penggunaan SAF bukti bahwa industri penerbangan dapat bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan. Inisiatif Pertamina dalam mengubah limbah minyak menjadi sumber energi terbarukan menunjukkan potensi besar untuk mengurangi dampak lingkungan. Dengan dukungan dan adopsi yang lebih luas, Indonesia dapat menjadi pelopor dalam pembangunan bahan bakar ramah lingkungan di Asia Tenggara, sehingga memotifasi industri lain untuk mengikuti jejak yang sama.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan