Pedagang di Garut Plaza Tertekan Pasar Online dan Didorong Hijrah ke Digital untuk Bertahan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gelombang transformasi digital kini memberikan dampak yang nyata bagi para pedagang tradisional di Kabupaten Garut. Kebiasaan masyarakat yang lebih memilih transaksi online membuat tempat-tempat perdagangan konvensional, seperti Garut Plaza, mengalami penurunan aktivitas dan jumlah kunjungan secara signifikan.

Dalam kondisi ini, tidaklah menjadi kejutan lagi. Namun, perkembangan tren belanja yang terus beralih ke dunia digital memaksa pemerintah setempat untuk merumuskan solusi agar pedagang tradisional tetap berdaya saing di era modern ini.

Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Garut, Ridwan Effendi, menggarisbawahi bahwa pedagang sekarang menghadapi tantangan digitalisasi yang sulit untuk diabaikan. Ia menggambarkan kondisi Garut Plaza saat ini sebagai fase stagnan, di mana aktivitasnya terasa lemas tanpa adanya langkah segera.

Untuk merangsang kembali daya tarik kawasan itu, Ridwan mengungkapkan rencana strategis agar Garut Plaza dapat melangkah maju menjadi pusat ekonomi yang tidak hanya bergantung pada transaksi langsung, tetapi juga dapat bersaing di pasar digital. Sebagai bagian dari upaya itu, pemerintah daerah telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk pengelola pusat perdagangan di Jalan Ahmad Yani, Pasar Baru, Garut Plaza, dan gedung eks PKL.

Rencana besar yang sedang digarap adalah mengubah kawasan tersebut menjadi zona ekonomi yang inklusif, yang mampu menampung pedagang kecil hingga menengah, serta menggabungkan konsep offline dan online secara harmonis. Ridwan menekankan bahwa masalah yang dialami Garut sebenarnya merupakan cerminan dari kondisi nasional.

Hampir seluruh wilayah di Indonesia kini menghadapi tantangan serupa, di mana pedagang konvensional harus bersaing dengan keberadaan e-commerce dan marketplace yang semakin banyak. Meskipun perubahan ini seringkali terasa mengerikan, Ridwan memotivasi agar pedagang segera beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi, mulai dari media sosial, platform penjualan online, hingga layanan pengiriman berbasis aplikasi. “Masyarakat kini lebih sering berbelanja online,” katanya, Minggu, 23 Agustus 2025.

Di era digital yang terus berkembang, adaptasi menjadi kunci sukses. Para pedagang di Garut dan di berbagai tempat di Indonesia harus belajar untuk menyatukan keahlian mereka dengan teknologi terkini. Dengan demikian, mereka tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga meraih kesempatan baru untuk tumbuh dan berkembang. Jangan biarkan gelombang digitalisasi menenggelamkan bisnis, tapi manfaatkan aliran ini untuk menuju ke arah yang lebih luas dan berdaya saing.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan