Hadiri Sasana Sastra: Sebuah Bacaan Puisi Menyentuh Tentang Perjuangan dan Spiritualitas

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Pengembangan dan Pembinaan Kebudayaan, mengadakan acara “Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia” di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Acara ini merayakan perjalanan delapan dekade bangsa dengan lebih dari 500 penonton, melibatkan kolaborasi antara pejabat, sastrawan, dan seniman beragam usia.

Fadli Zon mengungkapkan peran penting sastra, khususnya puisi, dalam membangun dan mencerminkan perjalanan bangsa sejak zamannya Pujangga Lama hingga Angkatan 66. Dalam sambutannya, ia menyoroti puisi sebagai media paling efektif untuk merekam dan mengekspresikan perjuangan serta kemerdekaan Indonesia, yang terus berlanjut hingga saat ini. Acara ini diharapkan dapat memberikan penghormatan kepada para tokoh yang berkontribusi dalam menyatukan bangsa.

Kegiatan ini diikuti oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Ketua Perpustakaan Nasional Aminudin Aziz, yang ikut membacakan puisi seperti “Tuhan, Kita Begitu Dekat” dan “Ketika Algoritma Lebih Kuat Dari Wahyu”. Fadli membacakan puisi miliknya sendiri, “Untukmu Bung Tomo”, yang ditulis 40 tahun lalu sebagai penghormatan kepada pejuang kemerdekaan.

Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pengembangan dan Pembinaan Kebudayaan, mengamati bahwa puisi dan karya sastra saat ini mengalami kebangkitan, memberikan warna dan harum pada pembangunan kebudayaan. Sasana Sastra menyajikan beragam wajah Indonesia melalui enam babak, mulai dari puisi anti-kolonial, proklamasi, hingga isu lingkungan dan suara perempuan. Pertunjukan juga meliputi musikalisasi puisi, tari, dan pantomim.

Kementerian Kebudayaan juga memperkuat ekosistem sastra melalui berbagai inisiatif, seperti Program Manajemen Talenta Nasional Seni Budaya, festival sastra, dan program penerjemahan. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Grace Fadli Zon, Taufik Ismail, dan Iwa K, serta deretan sastrawan dan pejabat senior.

Sastra Indonesia diharapkan tidak hanya berkembang secara jumlah, tetapi juga memiliki akar budaya yang kuat, menghasilkan generasi baru yang mampu memahami sejarah dan mengubahnya menjadi kreativitas untuk masa depan. Melalui kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan bersempurnakan visi Indonesia Emas 2045 dengan mendorong karya sastra yang berdampak.

Acara ini merupakan bukti betapa pentingnya warisan sastra dalam membentuk identitas bangsa. Melalui puisi dan karya-karya sastra, Indonesia terus menyatukan berbagai elemen budaya, menginspirasi generasi masa depan untuk menjaga dan mengembangkan warisan kebudayaan yang kaya. Sastra bukan hanya sekadar seni kata, tetapi juga wadah perjuangan dan kegigihan bangsa dalam menuntut kemerdekaan dan progress.

Karya sastra Indonesia memiliki daya tarik yang tak ternilai untuk menyatukan masyarakat dan menginspirasi pemikiran. Melalui perayaan seperti ini, generasi muda dapat merasakan betapa kaya warisan kebudayaan kita, serta bagaimana sastra terus berkembang sebagai wadah ekspresi dan kreativitas. Semoga keberhasilan acara ini menjadi landasan untuk lebih banyak inisiatif yang mendukung pertumbuhan sastra dan budaya di Indonesia.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan