Tentang Tุมภาพันธ์ Korea Utara dalam perjuangan di Rusia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyampaikan pujian kepada pasukan militernya yang sedang membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina. Menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dilaporkan oleh AFP pada Kamis, 21 Agustus 2025, Kim Jong Un menggelar angkatan bersenjata negaranya sebagai pasukan yang berani.

Dalam pidato kepada anggota militer, Kim Jong Un juga mengekspresikan dukungan yang kuat kepada perwira dan prajurit yang bertugas di wilayah Kursk, Rusia. Berdasarkan informasi dari intelijen Korea Utara, lebih dari 10.000 tentara telah dikirim ke Rusia untuk mendukung serangan militer mereka.

“Tentara kita saat ini melaksanakan tugas mereka dengan tepat dan sesuai dengan kewajiban. Kami akan terus melakukan hal yang sama di masa depan,” tutur Kim Jong Un.

Komentar tersebut muncul ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berupaya mendorong penyelemaan konflik antara Rusia dan Ukraina setelah melakukan serangkaian pertemuan dengan pemimpin kedua negara terkait dalam beberapa hari terakhir.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang belum lama ini juga memuji kontribusi pasukan Korea Utara sebagai “heroik,” terus menghindari penawaran pertemuan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk membahas penyelesaian damai.

Korearn Utara dan Rusia telah memperkuat hubungan mereka, termasuk dengan menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada tahun sebelumnya ketika Putin mengunjungi negara terisolasi itu. Pada bulan April tahun ini, Korea Utara untuk pertama kalinya mengakui bahwa mereka telah mengirim pasukan ke garis depan Ukraina, bekerja sama dengan militer Rusia.

Menurut laporan intelijen Korea Selatan, Pyongyang mengirimkan lebih dari 10.000 tentara ke Kursk, Rusia, pada tahun 2024, bersama senjata artileri, rudal, dan sistem roket jarak jauh. Hingga saat ini, sekitar 600 tentara Korea Utara telah tewas dan ribuan lainnya mengalami cedera saat berperang untuk Rusia.

Pernyataan dan aksi militer ini mengungkapkan seberapa jauh hubungan antara Korea Utara dan Rusia telah mencapai status strategis, meskipun tanpa rencana jelas untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. Keterlibatan langsung pasukan asing menambahkan kompleksitas dan menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan hubungan internasional di kawasan tersebut. Sepanjang waktu, ekonomi dan keamanan regional tetap menjadi fokus penting baik untuk Pyongyang maupun Moskwa.

Dua negara yang terlibat dalam perang ini kini menghadapi tekanan untuk mengevaluasi strategi mereka, terutama dengan adanya korban jiwa yang terus meningkat. Pemerintahan Donald Trump harus mempertimbangkan langkah-langkah diplomatik baru untuk mengamankan stabilitas di Eropa Timur, sementara Ukraina danaliases yang terlibat harus mempertimbangkan cara untuk melanjutkan perjuangan mereka.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan