Pekerja Bekasi dalam Kegelisahan Jualan Saat Gempa Hebat Melanda

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Jakarta, gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4,9 mendatang verlegtasi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang juga dirasakan oleh warga di sekitar Cikarang Pusat. Isti, seorang warga berusia 26 tahun, sedang bekerja ketika peristiwa itu terjadi dan terpaksa menggenggam meja karena goncangan yang cukup kencang.

“Iya, sedang kerja tiba-tiba ada getaran kuat. Gelas-gelasku bergetar, dan aku langsung memegang meja,” ujarnya saat dihubungi pada Rabu (20/8/2025). Ia juga menjelaskan sedang melakukan streaming langsung untuk promosi bisnisnya. Tiba-tiba, beberapa rekan kerjanya mendengar seruan panik dan segera keluar ruangan.

“Terdengar suara kencang, ‘gempa, gempa!’ Kami langsung berlari keluar dengan cemas tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi,” terang Isti. Dia menceritakan bahwa gempa terjadi saat mereka bekerja di lantai empat. “Bangunan bergoyang ke kiri dan ke kanan, sehingga kami segera berlari turun sambil membawa perangkat kerja,” tambahnya.

Gempanya, yang mencapai magnitudo 4,9, terpantau di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dan dirasakan di wilayah Jabodetabek. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan gempa terjadi pada 14 km tenggara Kabupaten Bekasi, pada Rabu (20/8/2025) pukul 19.54 WIB dengan kedalaman 10 km. “Lokasi: 6.48LS, 107.24BT (14 km Tenggara KAB-BEKASI-JABAR),” catat BMKG melalui akun X-nya pada hari yang sama.

Pernyataan BMKG menguatkan bahwa gempa tersebut bukan hanya terasa di Bekasi saja, melainkan juga di wilayah sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa gempa dapat memiliki dampak yang lebih luas, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Kasus seperti ini mengingatkan betapa pentingnya kesiapan dalam menghadapi bencana alam, terutama di wilayah rawan gempa.

Setiap warga harus selalu waspada dan mempersiapkan diri dengan cara mengikuti informasi dari pihak berwenang serta memiliki rencana darurat yang jelas. Gempa tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga dampak psikologis yang tidak kalah parah, seperti yang dialami rekan-rekan Isti yang langsung panik saat event tersebut terjadi. Oleh karena itu, edukasi dan simulasi evakuasi harus terus dilaksanakan untuk mengurangi risiko korbanjiwa dan kerugian material.

Dalam menghadapi tantangan ini, kita perlu menjadi lebih proaktif dalam menyimpan stok bahan pokok, mengetahui lokasi evakuasi terdekat, serta menghidupkan alarm gempa. Ketika gempa terjadi, kemampuan untuk bertindak cepat dan tenang akan menjadi kunci untuk melindungi diri sendiri dan orang terdekat. Marilah kita semua memperkuat kesadaran akan bahaya gempa dan menjadi agen perubahan untuk masyarakat yang lebih siap menghadapi bencana.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan