DPR Menyelidiki Kerugian KAI pada Proyek Kereta Cepat

dimas

By dimas

Komisi VI DPR RI telah menggelar rapat dengan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT KAI, untuk membahas kerugian yang dialami oleh konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dalam pertemuan tersebut, diungkapkan bahwa kerugian proyek KCIC pada paruh pertama tahun ini mencapai angka Rp 1,6 triliun. Anggota Komisi VI DPR RI, Hasani Bin Zuber, menjelaskan bahwa kerugian ini menjadi beban yang harus dihadapi oleh PT KAI. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa pada tahun 2024, kerugian KCIC telah mencapai Rp 2,69 triliun. Dalam kata-kata Hasani, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh yang memiliki kerugian Rp 1 triliun pada semester pertama 2025 menjadi beban berat bagi PT KAI. Ia juga menanyakan tentang strategi PT KAI untuk mengurangi kerugian operasional Whoosh di masa depan serta apakah ada rencana break-even point yang sudah disusun.

Sementara itu, anggota Komisi VI DPR RI lainnya, Darmadi Durianto, mengungkapkan bahwa PT KAI memiliki saham mayoritas, yakni 58% di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang merupakan bagian dari konsorsium KCIC. Ia menjelaskan bahwa beban keuangan dari kerugian KCIC bisa mencapai lebih dari Rp 4 triliun pada tahun 2025. Dalam rapat tersebut, Darmadi juga menambahkan bahwa pada hanya enam bulan pertama tahun ini, beban keuangan sudah mencapai Rp 1,6 triliun.

Dalam tanggapan terhadapうんgaan tersebut, Direktur Utama PT KAI, Bobby Rasyidin, menyatakan bahwa pihaknya akan mendalami masalah yang menyebabkan KCIC terus merugi. Ia memastikan bahwa dalam waktu satu minggu, mereka akan dapat memahami semua kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh PT KAI, terutama terkait proyek KCIC yang dianggap sebagai “bom waktu.” Selain itu, Bobby juga akan melakukan koordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk menyelesaikan persoalan keuangan KCIC.

Selain itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, juga mengajak PT KAI untuk berkoordinasi dengan Danantara. Ia menyebutkan bahwa dalam RKAP 2025, Danantara sudah menyusun solusi untuk penyelesaian proyek KCIC. Andre meminta Bobby Rasyidin untuk membahas penyelesaian permasalahan Whoosh dengan Managing Director KAI dalam evaluasi bulanan yang diadakan oleh Danantara.

Pemecahan masalah kerugian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh memang membawa tantangan yang besar bagi PT KAI. Namun, dengan koordinasi yang baik dan strategi yang jelas, diharapkan PT KAI dapat menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi kerugian ini dan mengembalikan kestabilan keuangan proyek yang sedang berlangsung. Dalam menghadapi tantangan ini, kerjasama antara PT KAI, Danantara, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan proyek yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian.

Studi kasus terkait kerugian proyek besar seringkali melibatkan kompleksitas dalam manajemen keuangan dan koordinasi antarlembaga. Dalam konteks ini, penting bagi PT KAI untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya berfokus pada penyelesaian kerugian saat ini, tetapi juga pada pengembangan strategi jangka panjang yang dapat menghindari masalah serupa di masa depan. Dengan demikian, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh dapat menjadi contoh sukses dalam pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan berdampak positif bagi seluruh masyarakat.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan