Wawancara dengan Ketua Busan Indie Connect 25, Soung-pil Joo: Pendekatan Game Indie dan Perluasan Global

dimas

By dimas

Tim kami baru saja mengikuti acara Busan Indie Wave Conference yang diselenggarakan oleh Busan IT Industry Promotion Agency dan panitia Busan Indie Connect (BIC) di Korea Selatan. Acara ini merupakan sesi pembukaan menujju Busan Indie Connect Festival 2025, yang dirancang khusus sebagai program profesional dengan fokus pada game indie dari studio kecil hingga skala global.

Joo, salah satu figurnya, mengungkapkan bahwa BIC akan terus menjaga diri pada tema utamanya sambil menjelajahi peluang baru. “Banyak orang telah membantu saya, dan saya sangat berterima kasih atas dukungan yang telah membuat acara ini menjadi acara favorit komunitas indie,” kata Joo. Namun, ia juga merasa ada kemungkinan di luar format pameran konvensional.

Salah satu ide ambisius yang sedang dipertimbangkan adalah “BIC X,” yang akan memperluas cakupan acara namun tetap fokus pada game indie. “Saat ini kami sedang menelaah kemungkinan membuka acara ini bagi developer dan pemakai, apakah kami bisa menyediakan layanan tambahan yang mereka butuhkan,” kata Joo. Ini bisa mencakup koneksi ke pemasaran, penerbitan, dan dukungan lain yang diperlukan pengembang.

BIC tahun ini kembali menyajikan konferensi “Indie Wave,” yang sebelumnya jarang diadakan baik di dalam negeri maupun secara global. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan masukan dari developer game dan komunitas terkait, dengan tujuan menilai apakah konferensi ini bisa menjadi fitur permanen di masa depan. “Kami sadar kebutuhan para pengembang dan merasa bahwa konferensi khusus untuk developer indie masih kurang,” ujar Joo. Meskipun masih terbatas oleh anggaran, panitia tetap berinvestasi untuk mengajak pembicara berpengalaman dan menyusun konten edukatif.

BIC mencatat 592 karya dari 41 negara, dengan 32 negara terpilih untuk dipamerkan, termasuk wilayah baru seperti Lithuania dan Argentina. Panitia menyoroti pentingnya memperluas cakupan global dan meningkatkan reputasi serta kredibilitas BIC, menjadikan acara ini sebagai pusat game indie regional dan platform internasional bagi developer independen.

BIC menambah jumlah karya yang dipamerkan dan menambahkan satu hari khusus B2C agar pengunjung memiliki waktu bermain yang memadai. Selain itu, kenyamanan pengunjung ditingkatkan melalui sistem tiket dan alur masuk yang lebih baik, serta aksesibilitas yang garantikan melalui kerja sama eksternal, termasuk kolaborasi dengan Google.

Meskipun acara ini masih menghadapi keterbatasan anggaran dan skala untuk menyediakan layanan transportasi khusus, beberapa opsi sedang dipertimbangkan. Masukan terkait permintaan diskon kereta atau transportasi untuk mempermudah perjalanan pengunjung ke BIC juga ditinjau serius.

“Kami sudah memiliki jaringan yang kuat di Asia Timur, seperti Jepang, China, dan Asia Tenggara,” ujar Joo. “Namun, di pasar Barat, kerjasama kami masih terbatas. Saat ini kami sedang menjajaki peluang kolaborasi dengan acara besar seperti Gamescom. Walau keterbatasan anggaran membuat sulit untuk mengamankan mitra indie di sana, upaya ini akan terus kami lakukan.”

Joo memuat adanya perubahan tren dalam jenis game yang terpilih di BIC. “Peralihan dari mobile ke PC sudah terjadi, bahkan kini game mulai dikembangkan di luar platform PC,” ujarnya. Ia menekankan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari tren global game indie, bukan hanya fenomena di pasar Korea.

Selain itu, Joo juga menyoroti peran AI yang diperkirakan akan sangat memengaruhi industri ke depan. “Penggunaan AI akan mengurangi beban kerja para developer secara signifikan dan berdampak besar pada orisinalitas sebuah game. Untuk memudahkan proses pengembangan game, penggunaan AI akan membuka jalan bagi semakin banyak developer untuk terjun ke industri, sehingga jumlah game indie yang lahir pun akan terus bertambah,” ujar Joo.

BIC dijalankan sebagai pameran yang bertujuan untuk mendukung developer game indie dan bukan sebagai ajang penjualan komersial. Bentuk dukungan ini mencakup penyediaan ruang di BEXCO, fasilitas booth, hingga akomodasi. “Konsep kami sejak awal adalah pameran berbasis dukungan, bukan sekadar menjual ruang untuk komersial,” jelas Joo. Ia mengakui bahwa keterbatasan dana membuat beberapa kendala tidak terhindarkan, namun menegaskan komitmen panitia. “Seiring bertambahnya sumber daya finansial, kami akan terus melakukan perbaikan demi kenyamanan peserta dan pengunjung,” tambahnya.

Slogan BIC dipilih setelah menerima pendapat dari komunitas pengguna dan developer, seperti melalui voting stiker dan pemilihan internal. Slogan “Match Your Indie Spirit” lahir dari diskusi internal yang selaras dengan arah acara.

BIC menekankan pentingnya game indie untuk menjaga ekosistem pasar yang sehat dan beragam, mencegah dominasi genre atau perangkat tertentu, serta mendukung pertumbuhan industri game Korea. “Game indie menjadi elemen kunci untuk memastikan industri game tetap variatif dan terus berkembang,” ujar Joo. Untuk itu, booth diatur berdasarkan genre agar pengembang lebih mudah berjejaring, sekaligus membuat pengunjung lebih nyaman dalam menjelajahi pameran.

Meskipun BIC tidak bisa menyaingi skala Busan International Film Festival, acara ini berambisi mencapai level yang setara dengan tetap menekankan filosofi pendirinya, yakni berkontribusi pada ekosistem game melalui dukungan terhadap game indie. “Kami sadar BIC tidak sebesar BIFF, tapi kami ingin memiliki otoritas yang sebanding, dengan cara menjaga semangat awal kami untuk mendukung ekosistem game indie,” tutup Joo.

Selain game indie, tren penggunaan AI terus tumbuh dengan pesat. Menurut laporan Newzoo (2025), 65% pengembang game indie di seluruh dunia menggunakan AI untuk optimasi desain dan pengembangan, mengurangi waktu produksi hingga 40%. Data ini menunjukkan bahwa teknologi AI mulai menjadi aset penting dalam industri game, khususnya untuk studio dengan sumber daya terbatas.

Game indie tidak hanya berfokus pada aspek kreatif, tetapi juga pada dampak sosial. Studi oleh Entertainment Software Association (ESA) 2025 menunjukan bahwa 70% pemain game indie merasa lebih terlibat dengan cerita dan karakter yang unik, mendorong pengembang untuk lebih inovatif. Ini menunjukkan bahwa game indie memiliki potensi untuk membentuk budaya dan industri game di masa depan.

BIC tidak hanya tentang pameran, tetapi juga tentang komunitas. Melalui acara ini, pengembang dapat bertukar ide, membangun jaringan, dan mendapatkan akses ke sumber daya yang sebelumnya sulit mereka peroleh. Keberhasilan BIC dalam mendukung game indie bukan hanya tentang jumlah karya yang dipamerkan, tetapi juga tentang dampak jangka panjang yang diterapkan pada industri game secara global.

Busan Indie Connect Festival 2025 menjadi bukti bahwa dukungan terhadap game indie tidak hanya penting, tetapi juga berdampak besar pada pertumbuhan industri game. Dengan terus meningkatkan aksesibilitas, kualitas acara, dan dukungan bagi pengembang, BIC tidak hanya menjadi platform, tetapi juga katalis bagi inovasi di dunia game. Mari kita dukung dan ikuti perkembangan game indie di masa depan, karena mereka adalah inti dari kreativitas dan inovasi yang akan mencetuskan game-game revolusioner berikutnya.

Baca juga games lainnya di Info game terbaru

Tinggalkan Balasan