Radang usus buntu, atau apendisitis, adalah kondisi di mana kantong kecil berbentuk jari yang terhubung ke usus besar, terletak di perut kanan bawah, mengalami peradangan. Gejala awalnya sering disalahartikan dengan masalah pencernaan lain, sehingga penting untuk mengetahui tanda-tandanya dan cara pengobatannya.
Penyakit ini biasanya dimulai dengan nyeri di bagian tengah perut, sekitar area pusar. Menurut sumber medis, nyeri akan tampak lebih hebat dan disertai mual serta muntah. Setelah beberapa waktu, nyeri berpindah ke perut kanan bawah, tempat usus buntu berada, dan menjadi lebih kencang.
Selain nyeri, beberapa gejala umum yang ditemui pada pasien radang usus buntu adalah demam, malaise (kondisi tidak enak badan), perut kembung, buang air kecil yang lebih sering, dan diaré. Demam dialami oleh sekitar 40% pasien, menunjukkan sistem kekebalan tubuh bekerja lebih keras. Malaise membuat pasien merasa tidak sehat, lelah, dan ingin terus berbaring. Kembungan perut bisa menjadi tanda usus buntu sudah pecah, sementara frekuensi buang air kecil meningkat karena iritasi saraf yang terhubung ke kandung kemih. Diaré terjadi karena iritasi usus besar yang berdekatan.
Penyebab utama radang usus buntu adalah infeksi akibat tersumbatnya usus buntu oleh bakteri dari usus besar. Beberapa faktor yang memicu kondisi ini antara lain kotoran yang mengeras dan tersangkut di lubang usus buntu, hiperplasia limfoid (pertumbuhan sel getah bening), dan kolitis (peradangan usus besar). Pengobatan umumnya meliputi penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi dan operasi apendektomi jika kondisi memerlukan.
Untuk mengatasi radang usus buntu, antibiotik adalah pilihan utama, baik sebagai pengobatan awal maupun persiapan sebelum operasi. Jika gejalanya masih ringan, dokter mungkin akan mengamati respons tubuh terhadap obat terlebih dahulu. Selain itu, obat pereda nyeri sering diberikan melalui infus. Jika usus buntu berisiko pecah, operasi apendektomi biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah diagnosa.
Studi terkini menunjukkan bahwa deteksi dini radang usus buntu sangat penting untuk mencegah komplikasi serius seperti peritonitis atau abses. Penggunaan pemeriksaan darah dan gambaran medis seperti ultrasound atau CT scan telah meningkatkan akurasi diagnosis. Selanjutnya, riset juga menitikberatkan pada pengembangan terapi minimal invasi untuk mengurangi waktu operasi dan waktu pemulihan pasien.
Radang usus buntu dapat dialami siapa saja, namun deteksi cepat dan tata laksana yang tepat bisa mengurangi risiko komplikasi. Jika merasa mengalami gejala yang mencurigakan, sebaiknya segera konsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah penulis di thecuy.com, sebuah website yang berfokus membagikan tips keuangan, investasi, dan cara mengelola uang dengan bijak, khususnya untuk pemula yang ingin belajar dari nol.
Melalui thecuy.com, saya ingin membantu pembaca memahami dunia finansial tanpa ribet, dengan bahasa yang sederhana.