Liburan HUT ke-80 RI: Pemandu Ojol Rags-to-Riches Rp 300 Ribu Hingga Cuma Dua Orderan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di ibu kota, perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia membawa dampak yang berbeda bagi para driver aplikasi ojek online. Di area Kota Tua, Jakarta Barat, ada pengemudi yang menikmati penuh pesanan, sedangkan yang lainnya merasa kesusahan karena keberadaan penumpang sangat minim.

Dede, seorang driver ojek online berusia 30 tahun, mengungkapkan keberhasilan dalam mendapatkan banyak pesanan sejak pagi hari. Ia sudah meraup penghasilan sekitar Rp 300.000 hingga siang hari. “Hari ini lumayan, meskipun tidak seperti pada hari kerja, aku tetap mendapatkan orderan,” ceritanya di Kajasan Kota Tua, Jakarta Barat, Senin, 18 Agustus 2025.

Dia menambahkan bahwa banyak warga berkunjung ke tempat-tempat wisata seperti Kota Tua dan Gelora Bung Karno, sehingga permintaan jasa antar-jemput dan pengantaran makanan terus berdatangan. “Tadi pagi aku mengantar penumpang ke Kota Tua, lalu setelah selesai ada orderan lain ke GBK. Kemudian aku kembali lagi ke Kota Tua. Tempat-tempat wisata masih ramai,” katanya. “Selama cuacanya masih tidak hujan deras, aku akan terus bekerja hingga malam.”

Berbeda dengan Dede, Rizky, seorang driver ojek online berusia 27 tahun, mengeluhkan sepinya orderan sejak musim pagi. Iapun hanya menerima dua pesanan sampai menjelang siang. “Jujur saja, hari ini sepi. Hanya dua orderan yang masuk. Biasanya pada jam seperti ini, sudah ada lima atau enam pesanan,” katanya.

Rizky menyoroti bahwa hari libur panjang sering menjadi masalah. Meskipun jalanan dipadati oleh warga yang berlibur, sebagian besar memilih menggunakan kendaraan sendiri, bukan jasa ojek online. “Pada hari libur panjang, banyak yang pergi ke luar kota atau mengantar diri sendiri, sehingga permintaan ojek menurun,” tambahnya.

Karena terlalu sepi di wilayah kantornya yang biasanya padat dengan pesanan, Rizky memutuskan untuk mencoba peruntungannya di Kota Tua, mengharapkan wisatawan dapat menambah pemesanan. Namun, di tempat wisata itu pula, ia harus menyikapi persaingan dengan banyak driver lainnya. “Oleh karena itu, aku pindah ke sini (Kota Tua), maybe bisa banyak orderan. Tapi di sini juga banyak driver lain. Saingannya banyak,” ungkapnya.

Ketika libur panjang tiba, situasi pauknya bagi para pengemudi aplikasi ojek online bisa sangat berbeda. Sementara beberapa di antaranya merasakan peningkatan pendapatan, yang lainnya mengeluh karena penumpang jarang. Hal ini disebabkan oleh variasi keputusan masyarakat, di mana sebagian memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi sendiri. Di tengah persaingan ketat, strategi beralih ke daerah wisata menjadi salah satu upaya untuk menaikkan orderan, meskipun tidak selalu berhasil. Hari ini memberi pelajaran bahwa kesuksesan dalam dunia gig economy tidak hanya bergantung pada libur panjang, tetapi juga pada kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dinamik permintaan pasar.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan